Kapal yang terdampar 5km ke kota yang beratnya 2.600ton

Kapal yang terdampar 5km ke kota yang beratnya 2.600ton, Kapal Yang Terdampar di Perkotaan Banda Aceh – Tau peristiwa Tsunami yang terjadi pada beberapa tahun lalu kan? ada banyak kisah yang telah kita dengar tentang peristiwa itu. Sebuah kejadian Maha Dahsyat yang pernah terjadi di tanah Serambi Mekah ini.

Kapal yang terdampar 5km ke kota yang beratnya 2.600ton

PLTD Apong (kapal yang terdampar 5km ke kota yang beratnya 2.600ton

Setelah kejadian tersebut ada sebuah hal yang menarik untuk dilihat dan itu menjadi bukti begitu dahsyatnya gelombang Tsunami tersebut. Hal itu yaitu ada sebuah Kapal yang beratnya ribuan Ton terdampar di tengah kota Banda Aceh. Mungkin jika kalian belum melihatnya, akan berfikir apa mungkin kapal seberat itu bisa terdampar di perkotaan? 

26 Desember 2004

Ini adalah sebuah kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Lepas pantai dengan panjang 63 meter serta dulunya mampu menghasilkan daya sebesar 10,5 megawatt. Dengan luas mencapai 1.900 meter persegi dan bobot 2600 ton, yang didorong sejauh 5 KM ke daratan oleh kedahsyatan Tsunami. Kapal PLTD Apung I berlokasi di Gampong Punge Blang Cut, Kota Banda Aceh.

Ketika tsunami terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, kapal ini terseret gelombang pasang setinggi 9 meter sehingga bergeser ke jantung Kota Banda Aceh sejauh 5 kilometer. Kapal ini terhempas hingga ke tengah-tengah pemukiman warga, tidak jauh dari Museum Tsunami. Dari 11 orang awak dan beberapa warga yang berada di atas kapal ketika tsunami terjadi, hanya satu orang yang berhasil selamat. Saat ini area di sekitar kapal PLTD Apung I telah ditata rapi serta menjadi Wisata Edukasi dan sejarah.

Pasca tsunami, PLN berniat untuk menarik kembali kapal ini ke laut,  sebab kondisi mesin tidak rusak parah.  Namun, Pemerintah Aceh menginginkan kapal itu dijadikan sebagai situs sejarah, hingga akhirnya PLN hanya mencabut mesin-mesin yang ada di kapal. Singkat cerita, kini kapal PLTD Apung telah disulap menjadi museum dengan berbagai catatan perjalanan sejarah kapal yang bisa dijadikan referensi edukasi tentang betapa dahsyatnya tsunami 2004 silam.  Pada bagian dalam kapal, terdapat sejumlah layar monitor yang memuat simulasi bagaimana kapal apung bisa terseret sampai ke tengah Kota Banda Aceh.

Pada monumen itu juga tertulis daftar nama-nama orang yang menjadi korban di lima dusun gampong setempat. Monumen ini juga sengaja dibangun untuk mengabadikan para korban tersebut. Kapal apung dikelilingi oleh jembatan yang dibangun di atas reruntuhan bangunan rumah warga akibat terjangan tsunami.  Posisi paling atas kapal adalah salah satu bagian favorite para pengunjung untuk berfoto. Betapa tidak, pemandangan alam kota Banda Aceh sungguh indah di lihat dari sana apalagi ketika menjelang sore.

Oleh-oleh khas Aceh

Oleh-oleh khas Aceh – Puas menikmati keindahan alam tempat wisata Aceh, sempurnakan lagi perjalanan Anda dengan membeli oleh-oleh khas Aceh menarik yang ada. Buah tangan khas Aceh ini akan menjadi pelengkap liburan Anda di ujung Barat Indonesia.

Oleh-oleh khas Aceh

Oleh-oleh khas Aceh

Ada banyak sekali pilihan barang yang bisa Anda bawa pulang. Mulai dari kerajinan tangan, makanan ringan, hingga produk budaya khas Aceh yang istimewa.

Nah supaya Anda tidak bingung akan memilih apa, berikut ini telah kami rangkum 18 rekomendasi Oleh-oleh khas Aceh yang wajib Anda bawa setelah liburan.

Kopi

Penikmat kopi tentu sangat familiar dengan kopi khas Aceh. Aroma dan rasanya yang nikmat sudah diakui dunia sebagai salah satu kopi terbaik.

Di Aceh sendiri terdapat dua jenis kopi unggulan yang bisa Anda dapatkan. Pertama kopi Arabica lalu yang kedua kopi Robusta.

Dari jenis arabica, Kopi Aceh Gayo jadi primadona utamanya. Sedangkan untuk jenis robusta, Kopi Ulee Kareng wajib masuk daftar oleh-oleh khas Aceh yang tahan lama.

Kedua jenis kopi ini bisa Anda dapatkan di toko-toko khusus khas Aceh dalam bentuk bubuk ataupun bijian. Harganya pun sangat terjangkau sebab hanya dibanderol mulai dari Rp53.000,00 untuk kemasan 200gr.

Pilihan jenis kopi lain yang juga bisa Anda bawa pulang adalah Kopi Meulaboh Aceh. Rasa dari kopi ini sangat khas dan sering menjadi bahan baku utama kopi tarik khas Aceh.

Kembang Loyang

Sekilas, camilan ini sangat mirip dengan kembang loyang yang menjadi makanan khas Jakarta. Tapi ternyata ada hal membuat makanan ini berbeda terutama dari bentuk, adonan, dan rasanya.

Kembang Loyang khas Aceh terbuat dari campuran tepung roti, telur, gula dan pati santan. Dari adonannya inilah rasa gurih manis dari camilan ini muncul.

Kemudian cetakan berbentuk kembang dicelupkan kedalam adonan sedikit baru selanjutnya digoreng. Beberapa tempat di Aceh kadan menambahkan biji wijen ke dalam adonan agar memiliki tekstur dan tambahan rasa.

Hidangan ini biasa tersaji ketika lebaran atau saat bersantai bersama keluarga. Anda bisa mendapatkan dengan mudah jajanan satu ini di toko-toko camilan khas Aceh.

Biasanya, satu kemasan kembang loyang berukuran 100 gr dijual seharga Rp7.000,00 saja. Harganya yang murah dan tahan dalam waktu yang lama membuat hidangan satu ini wajib masuk daftar oleh-oleh khas Aceh berupa makanan.

Batik Aceh – Oleh-oleh khas Aceh

Tidak hanya pulau Jawa yang memiliki batik, Aceh pun punya. Sejarah batik Aceh sendiri sudah ada sejak abad ke 13 M pada masa kerajaan.

Ciri khas dari batik Aceh ini bisa terlihat dari warna dan motifnya. Batik ini memiliki warna cerah dan tanpa satupun motif yang berbentuk hewan.

Keunikannya ini membuat variasi batik dari Aceh lebih beragam. Beberapa contoh motif yang terkenal diantaranya motif rencong, pinto Aceh, bungong jeumpa, dan juga gayo.

Anda bisa melihat koleksi lengkap batik-batik ini di toko kain yang ada di Aceh. Harganya pun bervariasi tergantung motif dan juga bahannya.

Kisaran harganya mulai dari Rp80.000,00 hingga jutaan rupiah per meternya. Kain batik ini sangat cocok Anda bawa pulang sebagai bahan pembuatan baju di rumah.

Ikan Kayu

Bila Anda mengira ikan ini pajangan tentu saja salah, sebab hidangan ini termasuk salah satu makanan khas Aceh. Makanan berbahan ikan tongkol ini dapat bertahan hingga 2 tahun tanpa mengubah rasa sedikitpun.

Rahasianya terletak pada saat proses pembuatannya. Bermodalkan taburan garam, ikan tersebut harus direbus dan dijemur 3 sampai 4 hari sebelum akhirnya dikemas.

Cita rasanya yang asin gurih sangat cocok menjadi lauk menikmati nasi putih hangat. Satu kemasan berukuran 100 gram bisa Anda dapatkan dengan harga Rp20.000,00 saja.

Dengan harganya yang murah dan mampu bertahan lama, membuat hidangan ini wajib masuk daftar oleh-oleh khas Aceh Tengah Anda. Selain bisa jadi stok makanan di rumah, ikan kayu juga bisa Anda berikan kepada sanak saudara.

Kue Adee

Hidangan tradisional Aceh ini masih bisa eksis hingga sekarang berkat cita rasanya yang khas. Kue ini terkenal juga dengan nama Bikang Aceh.

Bahan utamanya sangat sederhana hanya singkong, gula, telur, dan pandan. Adonan yang telah siap, dipanggang ke dalam oven sebelum disajikan dan dikemas.

Salah satu toko yang sangat terkenal dengan kelezatan kue Adeenya adalah Toko Kue Adee Kak Nah. Toko ini sudah ada sejak tahun 1982 dan menawarkan bikang Aceh dengan berbagai varian.

Harga satuannya sangat terjangkau yakni sekitar Rp20.000,00 hingga Rp30.000,00 per kotak. Kue ini cocok untuk menemani perjalanan Anda saat kembali pulang dari Aceh.

Dendeng Aceh

Hidangan Aceh yang bisa Anda bawa pulang selanjutnya adalah dendeng Aceh. Makanan ini merupakan olahan daging sapi atau rusa yang sering menjadi bekal para pelaut sejak zaman dulu.

Rasa dari olahan ini bervariasi ada yang manis, pedas, dan asin. Bahkan saat ini sudah ada pilihan rasa berbeda seperti kari yang bisa Anda coba.

Proses pengeringan dagingnya ini membuat dendeng Aceh tidak mudah busuk. Anda bisa membawa hidangan ini dalam waktu lama tanpa memerlukan lemari pendingin.

Untuk harganya, dendeng sapi biasa dijual dengan harga Rp200.000,00 per kilogram. Lalu untuk daging rusa harganya dapat mencapai Rp300.000,00 per kilonya.

Meuseukat

Bila Amerika terkenal dengan kue pienya, Aceh juga punya kue serupa yakni Meuseukat. Ciri khas kue ini adalah rasanya yang manis dengan bentuk hiasan berupa bunga yang cantik.

Bahan utamanya berasal dari nanas dan mirip dengan nastar. Hanya saja meuseukat ini lebih besar dan legit seperti dodol.

Biasanya kue ini muncul saat acara pernikahan atau upacara penyambutan tamu. Namun jika Anda tertarik bisa membeli kue ini di toko kue tradisional terdekat.

Langsung saja minta tour leader dari tempat sewa bus pariwisata Aceh yang Anda gunakan untuk menjadwalkan perjalanan ke toko tersebut. Harganya pun masih sangat terjangkau sekitar Rp40.000,00 untuk ukuran 300 gram.

Kue Bhoi – Oleh-oleh khas Aceh

Banyak yang menyebut kue ini sebagai kue bolu khas Aceh. Memang dari segi bahan dan tekstur kue bhoi sangat mirip dengan kue bolu namun berbeda dari segi rasa.

Rasa dari jajanan tradisional Aceh ini tidak terlalu manis seperti bolu. Sehingga sering menjadi camilan saat sedang menikmati kopi hangat di sore hari.

Selain nikmat ternyata kue ini juga mampu bertahan selama 1 bulan di wadah tertutup. Satu toplesnya bisa Anda dapatkan dengan harga mulai dari Rp15.000,00 tergantung ukurannya.

Dodol Aceh

Tidak kalah nikmat dengan dodol garut, dodol Aceh bisa jadi buah tangan yang tepat. Tekstur kenyal dengan rasa manis gurih dari bahan tepung ketan membuat jajanan ini disukai banyak orang.

Pilihan rasa dodol dari Aceh ini pun cukup beragam. Contohnya saja rasa nanas, kelapa, hingga durian yang semuanya terasa enak.

Jajanan ini pun masih sangat mudah Anda temukan dengan harga yang murah. Anda hanya perlu mengeluarkan uang Rp12.000,00 untuk bisa mendapatkan dodol kemasan 230 gram.

baca juga : Tentang Paket Wisata & Itinerary

Sekilas Tentang Kota Aceh

Sekilas Tentang Kota Aceh (abjad Jawoë: اچيه دارالسلام) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang ibu kotanya berada di Banda Aceh. Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang diberi status sebagai daerah istimewa dan juga diberi kewenangan otonomi khusus.

Sekilas Tentang Kota Aceh

Sekilas Tentang Kota Aceh

Aceh terletak di ujung utara pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Menurut hasil sensus Badan Pusat Statistik tahun 2020, jumlah penduduk provinsi ini sekitar 5.274.871 jiwa. Letaknya dekat dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India dan terpisahkan oleh Laut Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatra Utara di sebelah tenggara dan selatan.

Aceh dianggap sebagai tempat dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Pada awal abad ke-17, Kesultanan Aceh adalah negara terkaya, terkuat, dan termakmur di kawasan Selat Malaka. Sejarah Aceh diwarnai oleh kebebasan politik dan penolakan keras terhadap kendali orang asing, termasuk bekas penjajah Belanda dan pemerintah Indonesia.

Jika dibandingkan dengan dengan provinsi lainnya, Aceh adalah wilayah yang sangat konservatif (menjunjung tinggi nilai agama). Persentase penduduk Muslim-nya adalah yang tertinggi di Indonesia dan mereka hidup sesuai syariah Islam. Berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri karena alasan sejarah.

Sejumlah analis

Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak bumi dan gas alam. Sejumlah analis memperkirakan cadangan gas alam Aceh adalah yang terbesar di dunia. Aceh juga terkenal dengan hutannya yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari Kutacane di Aceh Tenggara sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasional bernama Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) didirikan di Aceh Tenggara.

Aceh adalah daratan yang paling dekat dengan episentrum gempa bumi Samudra Hindia 2004. Setelah gempa, gelombang tsunami menerjang sebagian besar pesisir barat provinsi ini. Sekitar 170.000 orang tewas atau hilang akibat bencana tersebut. Bencana ini juga mendorong terciptanya perjanjian damai antara pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Masuknya Islam

Masih terjadi silang pendapat terkait persoalan dari sejak kapan Islam pertama sekali disebarkan ke Aceh. Sebagian berpandangan sudah dimulai dari sejak masa kekhalifahan Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga setelah kerasulan Muhammad SAW.

Terkait Islam yang datang ke Aceh, Snouck Hurgronje dengan teori Gujaratnya menyebut Islam yang datang ke sana bukanlah Islam yang dibawa Muhammad, tetapi Islam yang sudah berkembang matang. Bukan Islam dari al Quran dan Hadits, melainkan Islam dengan kitab-kitab Fiqh dan dogmanya dari 3 abad kemudian.

Sebagian lagi, ada yang berpandangan bahwa Islam yang datang ke Aceh justru sudah dimulai dari sejak tahun pertama Hijriyah (618 M). Satu pandangan yang menurut penulis buku Tasawuf Aceh merupakan pandangan tidak masuk akal. Alasan yang dikemukakannya adalah pada masa tersebut; ada kevakuman antara wahyu pertama (610 M) dengan wahyu kedua kepada Muhammad selama 2,5 tahun.

Ditambah dengan masa berdakwah secara sembunyi-sembunyi yang dilakukan Muhammad selama 3 tahun. Dengan demikian baru pada tahun ke-7 masa kenabiannya baru dimulai dakwah secara terang-terangan. Tetapi sedikitnya persoalan demikian bisa ditelusuri dari keberadaan kerajaan pertama bercorak Islam di Aceh, Kerajaan Peureulak yang didirikan pada 1 Muharram 225 Hijriyah.

Syariat Islam dan pelaksanaannya

Syari’at Islam yang dilaksanakan di Aceh meliputi bidang aqidahsyar’iyah, dan akhlak. Syari’at Islam tersebut meliputi ibadahahwal alsyakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata), jinayah (hukum pidana), qadha’ (peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwahsyiar, dan pembelaan Islam. Ketentuan pelaksanaan syari’at Islam diatur dengan Qanun Aceh.

Setiap pemeluk agama Islam di Aceh wajib menaati dan mengamalkan syari’at Islam. Setiap orang yang bertempat tinggal atau berada di Aceh wajib menghormati pelaksanaan syari’at Islam. Pemerintahan Aceh dan Pemerintahan Kabupaten/Kota menjamin kebebasan, membina kerukunan, menghormati nilai-nilai agama yang dianut oleh umat beragama dan melindungi sesama umat beragama untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Pendirian tempat ibadah di Aceh harus mendapat izin dari Pemerintah Aceh dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota.

Mahkamah Syar’iyah

Peradilan Syariat Islam di Aceh adalah bagian dari sistem peradilan nasional dalam lingkungan peradilan agama yang dilakukan oleh Mahkamah Syar’iyah yang bebas dari pengaruh pihak mana pun. Mahkamah Syar’iyah merupakan pengadilan bagi setiap orang yang beragama Islam dan berada di Aceh.

Mahkamah Syar’iah terdiri atas Mahkamah Syar’iyah Kabupaten/Kota sebagai pengadilan tingkat pertama dan Mahkamah Syar’iyah Aceh sebagai pengadilan tingkat banding. Hakim Mahkamah Syar’iyah diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung.

Mahkamah Syar’iyah berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara yang meliputi bidang Ahwal Al-Syakhsiyah (hukum keluarga), Muamalah (hukum perdata), dan Jinayah (hukum pidana) yang didasarkan atas syari’at Islam. Ketentuan mengenai bidang Ahwal Al-Syakhsiyah (hukum keluarga), Muamalah (hukum perdata), dan Jinayah (hukum pidana) diatur dengan Qanun Aceh.

Sekilas Tentang Kota Aceh

Putusan Mahkamah Syar’iyah Aceh dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah Agung. Hukum acara yang berlaku pada Mahkamah Syar’iyah adalah hukum acara yang diatur dalam Qanun Aceh. Sengketa wewenang antara Mahkamah Syar’iyah dan pengadilan dalam lingkungan peradilan lain menjadi wewenang Mahkamah Agung untuk tingkat pertama dan tingkat terakhir.

Dalam hal terjadi perbuatan jinayah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama yang di antaranya beragama bukan Islam, pelaku yang beragama bukan Islam dapat memilih dan menundukkan diri secara sukarela pada hukum jinayah.

Setiap orang yang beragama bukan Islam melakukan perbuatan jinayah yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau ketentuan pidana di luar Kitab Undang-undang Hukum Pidana berlaku hukum jinayah. Penduduk Aceh yang melakukan perbuatan jinayah di luar Aceh berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Tugas penyelidikan dan penyidikan untuk penegakan syari’at Islam yang menjadi kewenangan Mahkamah Syar’iyah sepanjang mengenai jinayah dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Etnis/Suku – Sekilas Tentang Kota Aceh

Aceh memiliki 12 suku bangsa asli. Yang terbesar adalah suku Aceh yang tersebar hampir merata di seluruh wilayah Aceh terutama mendiami wilayah pesisir mulai dari Langsa di pesisir timur utara sampai dengan Trumon di pesisir barat selatan.

Suku terbesar kedua adalah suku Gayo yang mendiami wilayah Dataran Tinggi Gayo. Suku bangsa lainnya adalah suku Alas yang mendiami Kabupaten Aceh Tenggara, Melayu Tamiang di Aceh Tamiang, suku Aneuk Jamee di wilayah barat dan selatan, Suku Kluet di Aceh Selatan, dan suku Singkil di Kota Subulussalam dan Kabupaten Singkil.

Sensus penduduk tahun 2000

Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil etnis suku-suku aceh sebagai berikut: Aceh, Gayo, Melayu, Batak, Jawa, Jamèë, Singkil, Devayan, Minangkabau, dan lain-lain Namun sensus tahun 2000 ini dilakukan ketika Aceh dalam masa konflik sehingga tidak ada data yang pasti/akurat pada masa itu untuk mengetahui populasi per etnis masing-masing & persentasenya.

Cakupannya hanya menjangkau kurang dari setengah populasi Aceh saat itu. Adapun urutan suku bangsa diatas hanya (perkiraan). Masalah paling serius dalam pencacahan ditemui di kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara, dan tidak ada data sama sekali yang dikumpulkan dari kabupaten Pidie. Ketiga kabupaten ini merupakan kabupaten dengan mayoritas etnis Aceh.

Bahasa – Sekilas Tentang Kota Aceh

Bahasa daerah yang paling banyak penuturnya adalah bahasa Aceh yang dipakai oleh suku Aceh. Selain itu juga terdapat bahasa Gayo, Alas, Kluet, Singkil, Jamee dan Melayu Tamiang.

Di Simeulue terdapat 3 bahasa yaitu bahasa Devayan, Sigulai, dan Leukon. Selain itu juga terdapat bahasa Haloban di Pulau Banyak.

Beberapa bahasa daerah dari bagian Indonesia lainnya juga dipertuturkan oleh sebagian penduduk di Provinsi Aceh. Di antaranya, yaitu bahasa Jawa yang tersebar di berbagai wilayah transmigrasi di seluruh Aceh.

Agama

Mayoritas penduduk Aceh menganut agama Islam dan Syariah Islam menjadi hukum positif di daerah istimewa Aceh. Agama lain yang dianut oleh penduduk Aceh adalah agama Kristen yang dianut oleh pendatang beretnis Batak, warga keturunan Tionghoa yang kebanyakan beretnis Hakka mayoritas menganut agama Buddha, sebagian memeluk Kristen, sedangkan sebagian lainnya menganut agama Konghucu, lalu ada agama Hindu yang dianut oleh pendatang beretnis Bali dan sebagian peranakan (Orang Keturunan India-Tamil/Hindi) yang cukup sedikit populasinya.

Agama di Aceh (2010)
AgamaPersentase
Islam  98.21%
Kristen Protestan  1.14%
Kristen Katolik  0.21%
Buddha  0.14%
Konghucu  0.11%
Hindu  0.10%

Selain itu Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di Aceh Syariat Islam diberlakukan kepada sebagian besar warganya yang menganut agama Islam, berdasar UU No.18/2001. Kalangan intelektual Aceh sendiri masih memperdebatkan apakah yang diberlakukan di Aceh sudah benar-benar syariat atau itu cuma karena alasan politis saja.

Alasan yang juga kemudian disebutkan adalah kondisi konkret ketika itu berkenaan dengan politik, polemik di kalangan jumhur ulama soal bisa tidaknya hukum Islam diproduksi pasca kenabian selain persoalan dualisme aliran dalam Islam, dua aliran besar dalam tradisi tafsir hukum Islam.

Geologi

Berdasarkan peta geologi lembar Banda Aceh, Sumatra (Bennet et al, 1981), wilayah Kota Banda Aceh umumnya tersusun oleh endapan kuarter yang terdiri dari endapan pematang pantai, endapan rawa, dan endapan aluvial berumur Pleistosen dan Holosen.

Berdasarkan data pemboran, lapisan endapan aluvial dekat dengan pantai dapat mencapai ketebalan 206 meter di bawah permukaan tanah di daerah Cot Paya di sebelah Timur Sungai Krueng Aceh. Sementara itu, beberapa puluh kilometer ke arah hulu di daerah Lambaro, endapan aluvium mempunyai ketebalan minimum 70 meter dengan proporsi 20% pasir dan 80% lempung pasiran hingga pasir lempungan (Ploethner dan Siemon, 2006).

Iklim

Seperti wilayah lain di Indonesia, Kota Banda Aceh memiliki iklim tropis yang disertai dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan tahunan di wilayah kota Banda Aceh berkisar antara 1039 hingga 1907 milimeter. Rata-rata suhu udara di wilayah Banda Aceh adalah 25°–28 °C. Tingkat kelembapan udara di wilayah ini berada pada angka 70% hingga 80%

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

Terhitung sejak bulan Juli tahun 2004 lalu, sesaat sebelum gempa dan tsunami, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menetapkan dalam sidang ke-28, bahwa Hutan Hujan Tropis Sumatera sebagai warisan dunia non benda menyertakan Taman Nasional Gunung Leuser yang 70% luas hutannya berada di provinsi Aceh termasuk didalamnya.

Taman Nasional Gunung Leuser bahkan digadang-gadang sebagai  salah satu wilayah konservasi yang paling penting di muka bumi. Bagaimana tidak, di sinilah satu-satunya di dunia Badak, Orangutan, Gajah dan Harimau Sumatra liar hidup di dalam satu kawasan.

Lalu pada tahun 2011 lalu, harta warisan dunia non benda di Aceh kedua kembali ditetapkan oleh UNESCO. Sebuah tari tradisional Aceh yaitu Tari Saman sebagai salah satu Warisan Dunia Non Benda kedua untuk negeri para raja ini.

Bukan tanpa sebab dunia ingin mengabadikan Tari Saman sebagai salah satu warisan. Tarian yang hanya boleh ditarikan oleh kaum adam ini, telah menjadi darah daging dan diwajibkan turun temurun bagi masyarakat suku Gayo, Aceh. Jika Citilinkers berkesempatan kembara hingga ke Kabupaten Gayo, cobalah untuk minta anak-anak berumur 5 tahun untuk “bersaman” dijamin mereka akan langsung duduk dan mulai menarikan Tari Saman dengan baik.

Terima kasih telah membaca artikel Sekilas Tentang Kota Aceh di atas.

Semoga Hari- hari kamu menyenang kan beserta keluarga

Baca juga : Tentang Itinerary di medan

Pulau Rubiah Sabang

Pulau Rubiah Sabang adalah sebuah pulau yang menjadi tempat wisata dan destinasi liburan terpopuler di Pulau Sabang Aceh atau Pulau Weh baik di kalangan wisatawan domestic maupun mancanegara.

Pulau Rubiah Sabang

Pulau Rubiah Sabang

Sabang merupakan sebuah kota yang letaknya di bagian Utara Kota Banda Aceh. Kota Sabang ini terletak di Pulau Weh. Weh dalam Bahasa Aceh berarti minggat. Mungkin karena letak pulau ini yang posisinya terpisah dengan pulau Sumatera, maka dari itu dinamakan Pulau Weh.

Taman Laut Pulau Rubiah Merupakan sebuah pulau cantik yang masih asri dengan luas wilayah sekitar 2.600an Hektar yang terkenal dengan pemandangan alam kerajaan bawah laut nya. Keadaan alam bawah laut yang masih asri dan alami dengan berbagai macam biota laut yang hidup sehingga membuat pengunjung yang datang betah berlama-lama di pulau ini.

Snorkeling

Mereka yang datang selain untuk sekedar bermain di bersihnya pasir pantai, ada juga yang berkeliling pulau menggunakan perahu yang bisa di sewa, bahkan banyak yang berkunung menjajal snorkeling menikmati pemandangan indah kerajaan bawah laut pulau ini. Air laut di pulau ini sangat bersih dan jernih. Bahkan pengunjung dengan mudah dapat melihat pemandangan kerajaan bawah laut dari atas permukaan air sampai dengan kedalaman 15 meter.

Saat Snorkeling, tak jarang pengunjung mudah melihat sekumpulan ikan laut yang berenang di sela-sela terumbu karang yang menyejukan mata. Jenis ikan yang sering ditemukan disini beraneka macam antara lain seperti ikan Bendera, ikan Kepe-kepe, ikan warna, ikan Botana Biru, ikan Sersan, ikan Kerapu, ikan Mayor, kerang, ikan Putri Bali dan masih banyak jenis ikan lainnya yang terdapat di pulau cantik ini.

Selain itu juga terdapat banyak macam jenis biota laut yang terdapat di pulau ini, seperti bintang laut, bunga lili laut, cumi-cumi dan berbagai macam terumbu karang beraneka warna. Terumbu karang yang yang terdapat disini mulai dari karang keras hingga sampai yang empuk, seperti karang meja dan karang tanduk

Untuk menjajal keakraban pengunjung dengan ikan-ikan yang berada di Pulau Rubiah tidak lupa untuk abadikan dengan kamera. Disini sudah banyak persewaan peralatan snorkeling dan juga persewaan kamera Underwater seperti Gopro.

Akses

Pulau Rubiah terletak sekitar 350 Meter dari pantai Iboih atau sekitar 23,5 Kilometer dari pulau Weh. Jika Anda berniat akan datang kesini, maka Anda dapat terlebih dahulu menuju pantai Iboih untuk kemudian menyebrang ke pulau Rubiah.

Dari pelabuhan Balohan, yang merupakan pelabuhan penyeberangan Banda Aceh – Pulau Weh, pengunjung dapat naik bus umum untuk menuju pantai Iboih. Ongkos yang di pasang sekitar Rp.50.000*) dengan jarak tempuh perjalanan sekitar satu jam. Setibanya di pantai Iboih, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan dengan menyeberang ke pulau Rubiah.

Pantai Iboih Aceh

Pantai Iboih Aceh – merupakan salah satu dari beberapa pantai yang menjadi primadona di kalangan komunitas backpacker di Pulau Weh. Pantai ini menjadi salah satu tujuan para pelancong dari berbagai belahan dunia. Tidak mengherankan jika saat kita berkunjung ke pantai ini maka didominasi oleh wisatawan mancanegara yang menetap hingga berminggu-minggu.

Pantai Iboih Aceh

Pantai Iboih Aceh

Pantai Iboih memiliki air laut yang jernih dengan pemandangan bawah laut yang bagus,sehingga bisa dimanfaatkan oleh pengunjung untuk snorkeling.

Selain itu di sini juga terdapat restoran sehingga pengunjung yang lapar bisa langsung mampir ke restoran itu.

Snorkeling

Pengunjung bisa snorkeling di Pantai Iboih ini sembari melihat biota laut yang ada di sini.

Selain itu pengunjung juga bisa melihat gunung berapi aktif yang ada di bawah perairan.

Gunung Berapi ini pernah meletus pada era Pleistosen yang kemudian memisahkan Pulau Weh dari Pulau Sumatera.

Jelajah hutan

Kawasan Pantai Iboih ini terdapat hutan yang bisa dijelajahi.

Di dalam hutan ini terdapat berbagai spesies seperti reptil, kelelelawar, babi hutan, dan masih banyak lainnya.

Bermain di area pantai

Di sini pengunjung juga bisa bermain di area pantai sekaligus mengabadikan momen selama berada di sini dengan kamera.

Pantai Iboih terletak di Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Aceh.

Untuk sampai di tempat ini, pengunjung yang datang dari luar daerah bisa menggunakan penerbangan menuju Banda Aceh.

Setelah itu pergi ke Pelabuhan Ulue-Lue.

Dari Pelabuhan Ulue-Lue pengunjung harus melakukan perjalanan ke Pulau Weh.

Untuk bisa sampai ke Pulau Weh pengunjung bisa menggunakan speedboat atau kapal feri.

Setelah sampai di Pulau Weh pengunjung bisa menggunakan minibus atau bemo untuk bisa sampai ke lokasi Pantai Iboih.

Perjalanan dari Pulau Weh ke Pantai Iboih kurang lebih 40 menit.

Sekilas Pantai Sumur-Tiga Aceh

Sekilas Pantai Sumur-Tiga Aceh, sebuah pantai yang membentang pasir putih bak permadani di jagad raya. Pantai ini juga menjadi primadona wisatawan saat berkunjung ke Sabang baik domestic maupun Manca Negara. Banyak orang sekitar ini menyebutnya Freddies.

Sekilas Pantai Sumur-Tiga Aceh

Dengan pasir putih yang lembut dan ombak yang besar, pantai ini menawarkan panorama alam yang menakjubkan. Karena menghadap ke sisi timur Pulau Weh, sehingga wisatawan yang berada disini bisa menikmati matahari terbit dengan sisi pohon kelapa yang jumlahnya begitu banyak.

Sekilas Pantai Sumur-Tiga Aceh

Mereka biasanya duduk dan berjemur. Selain itu banyak juga yang bermain pasir. Sejuknya embusan angin sepoi-sepoi menambah nuansa keasrian saat berada di bibir pantai yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka ini. 

Pesona pantai ini sangat mudah dijangkau cukup melakukan perjalanan 10 menit dari pusat kota Sabang, anda sudah ada di sini. Tepatnya di Kampong Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang.

Air laut yang bening tembus pandang hingga ke dasar membuat pantai ini semakin indah untuk di pandang. Hal ini menambah serunya nuansa libur Anda bersama keluarga.

Sepanjang pantai sumur tiga berjejer restoran  yang memiliki  Wifi gratis dan banyak penginapan di sepanjang pantai terpanjang ini yang siap memberikan pelayanan jasa pada pengunjung. Selain sebagai kegiatan wisata bagi wisatawan.

Dulu di sekitar lokasi pantai terdapat tiga buah sumur yang menjadi sumber mata air bagi warga sekitar. Meskipun dekat dengan pantai, namun uniknya ketiga sumur tersebut airnya tidaklah asin melainkan tawar.

Ketiga sumur tersebut menjadi primadona pada masanya. Namun sekarang, sudah tidak lagi dipergunakan dan menjadi sebuah saksi sejarah. Karena keunikan inilah pantai ini disebut pantai sumur tiga.

Pantai Gapang Aceh

Pantai Gapang Aceh – di Kota Sabang, Pulau Weh, adalah salah satu pilihan wisata bahari saat Anda kunjungi saat bertandang ke Aceh. Para penjelajah dunia (backpackers) juga menjadikan pantai ini masuk dalam list perjalanan mereka merapat di Pelabuhan Balohan kemudian meluncur ke bagian barat pulau ini sekira 1 jam perjalanan berkelok naik turun

Pantai Gapang Aceh

Pantai Gapang Aceh

Pilihan ada di tangan Anda setelah sampai di Pantai Gapang. Backpackers memiliki pilihan harga dan jenis akomodasi yang beragam mulai dari rumah tumpang atau bungalow dengan dinding kayu yang eksotis.

Ada pula resort penyelam yang juga memiliki fasilitas hampir sama dengan pelayanan khusus bagi mereka yang memiliki hobi menyelam.

Berlokasi sekitar 17 km dari kota Sabang, untuk menuju Pantai Gapang maka Anda dapat berangkat dari Sabang atau dari Pelabuhan Balohan. Dengan menyewa kendaraan yang dapat disewa secara bersamaan dengan wisatawan lain atau menggunakan angkutan umum.

Pantai Gapang dituju dengan lama perjalanan sekitar 1 jam lebih perjalanan dimana selalu dilewati oleh mereka yang akan menuju keTugu Kilometer

Backpacker memiliki kebiasaan mengatur keuangannya dengan baik dengan tetap membuka seleranya yang tinggi. Dengan duduk di tepi pantai dan di kampong penyelam, keduanya dapat dipertahankan dengan nyaman. Banyaknya pilihan tempat makan di Pantai Gapang membuatnya ramai dikunjungi. Silakan coba kehangatan suasana Gapang Jaya Restaurant, Zero, Buchari’s Limbo Restaurant, Barracuda Restaurant

Apabila ingin berbelanja beberapa jenis barang luar negeri maka Sabang kini diaktifkan kembali sebagai pelabuhan bebas seperti Batam. Beberapa souvenir menarik dapat ditemukan di Jalan Perdagangan Sabang, seperti cenderamata dari batok kelapa hasil karya masyarakat Desa Ie Meulee-Ujung Kareung.  Ada juga kaos t-shirt berdesain unik di Jalan Cut Mutia, Sabang yaitu Distro Piyoh

Menyelam dan snorkeling selalu menjadi kegiatan yang paling utama ditawarkan di Pantai Gapang. Tarifnya biasanya tak jauh berbeda dengan pantai-pantai lain di Indonesia. Untuk snorkeling biasanya pengunjung mendapatkan perlengkapan sewaan yang disediakan di sekitar pantai dan resort sekitar. Begitu pula untuk penyelaman, pusat olah raga selam atau dive center sudah banyak beroperasi di Pantai Gapang

Kapal Tsunami Lampulo

Kapal Tsunami Lampulo – masih dipertahankan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk mengenang Musibah besar Tsunami yang pernah melanda Kota Banda Aceh. Merupakan Sebuah kapal yang terbawa Gelombang Tsunami dan terdampar di perumahan penduduk di kawasan Kampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam.

Kapal Tsunami Lampulo

Kapal Tsunami Lampulo

Kejadian Tsunami 26 Desember 2004

Tahun 2004 silam, Aceh dihempas tsunami dahsyat. Sampai-sampai, ada kapal yang menerjang atap rumah penduduk. Kejadian Tsunami 26 Desember 2004 di Aceh dulu, masih bisa kita lihat rekam jejaknya sampai sekarang. Kebetulan saat mengikuti perjalanan dinas dari kantor di kota Banda Aceh, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke sebuah wilayah yang menyimpan cerita tersebut.

Salah satunya adalah Kapal Lampulo. Di sana ada sebuah rumah yang menjadi saksi bisu tentang maha dahsyatnya tsunami yang menimpa Aceh. Bukan rumah biasa sebab di atas rumah tersebut ada sebuah kapal. Kapal ini dulu saat Tsunami mampu menyelamatkan 59 orang yang terombang-ambing oleh banjir besar.Oleh masyarakat sekitar dan pemerintah setempat, kapal yang berada di atas rumah tersebut tidak diturunkan atau di renovasi. Namun, dibiarkan begitu apa adanya sejak terkena musibah hingga saat sekarang.

Dijadikan wisata sejarah. Jadi setiap orang bisa melihatnya. Mengenang kejadian tsunami yang bukan saja membuat luluh lantak Aceh, namun juga menggetarkan seluruh umat manusia di dunia. Termasuk aksi sosial. Banyak negara yang terketuk hatinya untuk datang dan membantu korban bencana tsunami Aceh. Saya bersama seorang teman, berangkat ke lokasi dengan menggunakan mobil pribadi.

Objek wisata ini tidaklah sulit

Perjalanan menuju lokasi memakan waktu sekitar tiga puluh menit. Untuk mencapai objek wisata ini tidaklah sulit, letaknya berdekatan dengan kantor Puskesmas Lampulo, persis di belakang sekolah dasar (SD) 65 Coca Cola Banda Aceh. Akses ke sana juga mudah, bisa menggunakan sepeda motor atau naik becak dengan tarif tiga ribu rupiah per kilometernya. Sampai di sana, saya langsung tercengang. Benar adanya rumah tersebut di atasnya ada sebuah kapal.

Di dalam rumah ada spanduk besar yang bertuliskan nama-nama para korban musibah tsunami yang selamat. Nama-nama tersebut banyak sekali. Spanduknya lumayan besar sehingga bisa menutupi salah satu dinding rumah. Menurut cerita yang tertulis di plakat yang ada di rumah tersebut, ‘Kapal ini dihempas oleh gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 hingga tersangkut di rumah ini.

Sudah ada tangga yang tersedia untuk pengunjung bisa naik ke atas rumah.Bencana Tsunami Aceh lima belas tahun yang lalu membawa kapal seberat 20 ton ini tersangkut di atas rumah penduduk di kawasan gampong Lampulo, tepatnya di atas rumah keluarga Misbah dan Abassiah. Kapal dengan panjang 25 meter dan lebar 5,5 meter ini terbuat dari kayu.

Kapal yang terbuat dari kayu

Bagian bawah kapal dicat warna hitam, sedangkan badan kapal tampak telah dicat kembali dengan cat minyak berwarna perak. Beberapa bagian di dinding kapal terlihat mulai lapuk dimakan usia.Saya menaiki tangga datar setinggi lima meter yang terbuat dari besi dengan hati-hati.Di atas rumah, ada kapal yang terletak pas di sebelah tangga yang saya naiki. Kapal inilah yang ingin saya lihat secara langsung. Rumah dan kapal ini sempat viral di banyak pemberitaan yang terkait dengan musibah Tsunami tersebut.

Kapal yang terbuat dari kayu tersebut, tampak masih terjaga alias terawat dengan baik. Meski ada juga bagian lainnya yang mulai lapuk. Namun secara keseluruhan masih terlihat utuh. Posisinya juga tidak berubah sejak kejadian tsunami tersebut. Sudah puluhan tahun, kondisi ini tetap di pertahankan. Ini hanya sekelumit cerita saya saat berkunjung ke Kapal Lampulo Banda Aceh.

Pantai Lampuuk Longha Aceh

Pantai Lampuuk Longha Aceh – Pantai Lhoknga merupakan pantai yang terletak di Kabupaten Aceh Besar, memiliki panorama nan cantik serta beberapa spot surfing yang menantang.

Pantai Lampuuk Longha Aceh

Pantai Lampuuk Longha Aceh

Aceh merupakan salah satu provinsi di Sumatra dengan garis pantai yang sangat panjang. Tak heran jika daerah yang populer dengan sebutan Serambi Mekkah ini memiliki puluhan pantai berjejer indah. Walaupun sempat diterjang gelombang tsunami pada tahun 2004, sebagian besar pantai di Aceh kini telah berbenah. Salah satunya adalah Pantai Lhoknga yang merupakan tempat bermain surfing favorit di Aceh.

Pantai Lhoknga memang telah dikenal memiliki salah satu spot surfing terbaik di Aceh. Tak hanya di Indonesia, pantai ini juga telah mendapat pengakuan dunia Internasional akan gelombang ombaknya. Dengan tiga level ombak yang berbeda, pantai ini sangat cocok bagi para penggemar olahraga pemacu adrenalin seperti surfing.

Secara administratif, Pantai Lhoknga terletak pada Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Untuk mencapai ke pantai ini, pengunjung setidaknya harus menempuh jarak kurang lebih 20 kilometer atau melakukan perjalanan selama setengah jam dari Banda Aceh. Lokasi dari pantai ini juga sangat dekat dengan Pantai Lampuuk sehingga banyak yang beranggapan pantai ini adalah Pantai Lampuuk.

Jaraknya yang tak terlalu jauh dari ibukota provinsi Aceh, menjadikan akses untuk menuju ke Pantai Lhoknga juga mudah. Wisatawan bisa menggunakan kendaraan umum seperti taksi, bus, atau labi-labi yang merupakan kendaraan unik di Aceh. Tak hanya itu, jalan yang menuju ke pantai ini juga dalam kondisi cukup baik untuk dilalui.

Pesona Pantai Lhoknga

Ketika tiba di lokasi, wisatawan akan disambut dengan hamparan lautan luas yang biru serta dipadukan pasir pantai putih membentang di sepanjang pantai. Karakteristik air laut di Pantai Lhoknga ini cenderung jernih, serta tak banyak dipenuhi bebatuan karang di bibir pantainya. Di hamparan pasir putih, wisatawan bisa bebas bermain pasir atau bermain voli pantai.

Pesona utama yang ditawarkan dari Pantai Lhoknga adalah gelombang ombak yang memiliki karakteristik berbeda. Setidaknya ada lima titik spot surfing, yang menjadi andalan bagi para peselancar lokal maupun internasional. Bagi pemula yang baru ingin belajar bermain surfing, disarankan untuk menggunakan spot ‘Left Hander Point’.

Gelombang ombak ini jaraknya kurang lebih 300 meter dari bibir pantai dan memiliki tingkat kesulitan rendah. Selain itu ada juga spot ‘Camera Right Point’ yang menjadi favorit bagi peselancar dari negeri Jepang. Ada pula titik ombak Peak Point, Suri Point, dan Out Sight Right Hander. Khusus untuk Out Sight Right Hander, titik ini memiliki arus yang sangat kuat serta sangat berbahaya.

Pasir putih

Nama Suri Point diabadikan dari nama seorang peselancar lokal yang tewas di titik tersebut. Dahulu, Suri merupakan peselancar mahir, yang menguasai di titik tersebut. Titik ini jaraknya kurang lebih 200 meter dari bibir pantai serta memiliki kesulitan yang cukup tinggi. Suri meninggal pada tahun 2004, ketika terjadi bencana tsunami yang melanda Aceh.

Selain menjadi tempat favorit bagi para peselancar, Pantai Lhoknga juga memiliki panorama pantai yang cukup memukau. Pada sore hari, wisatawan biasanya tumpah ruah bersantai di pasir putih sembari menunggu fenomena sunset yang indah. Kondisi pantai yang masih sepi dan alami juga seakan menjadi nilai tambah pantai ini.

Selepas lelah bermain selancar, wisatawan bisa beristirahat sejenak dengan duduk dibawah pepohonan rindang yang tumbuh di bibir pantai. Tak lupa, jagung bakar menjadi santapan wajib ketika berkunjung ke Pantai Lhoknga. Menikmati keindahan sunset dipinggir pantai, serta ditemani semilir angin yang berhembus akan menjadikan liburan terasa sempurna.

Bahaya Pantai Longha

Meskipun pantai ini memiliki panorama alam serta menjadi spot surfing internasional, wisatawan tetap harus berhati-hati ketika berkunjung ke pantai ini. Tercatat, beberapa wisatawan pernah ditemukan hilang serta tewas di Pantai Lhoknga. Sempat dikira angker, kini telah ditemukan penyebab dari seringnya wisatawan yang tewas di pantai tersebut.

Pada bulan-bulan tertentu, ketika terjadi pasang air laut serta musim angin kencang menjadikan gelombang di pantai menjadi berbahaya. Wisatawan yang tidak mengetahui hal tersebut serta nekat berenang jauh dari tepi pantai bisa membayahakan dirinya sendiri. Hal ini juga dikarenakan minimnya fasilitas keamanan yang ada di Pantai Lhoknga.

Tak hanya itu, dikabarkan Pantai Lhoknga memiliki arus bawah air yang sangat kuat seperti di Pantai Parangtritis, Jogja. Inilah yang menyebabkan kecelakaan sering terjadi. Wisatawan yang panik ketika terseret arus tersebut akan sulit untuk meloloskan diri. Terlebih lagi, pantai ini juga memiliki palung dimana arus bahwa air ini berada.

Ketika berwisata di pantai ini, diharapkan pengunjung selalu waspada dan berhati-hati saat berenang atau bermain air. Keterbatasan fasilitas keamanan seperti rambu-rambu, serta penjaga pantai juga diharapkan keberadaannya. Mengingat potensi Pantai Lhoknga yang begitu besar, pengelola pantai seharusnya mengutamakan keselamatan wisatawan.

Fasilitas Pantai Longha

Fasilitas yang ada di Pantai Lhoknga terbilang cukup memadai, terdapat toilet serta lahan parkir yang cukup luas sehingga wisatawan tak perlu bingung untuk memarkirkan kendaraannya. Selain itu, bagi umat muslim yang ingin beribadah disekitar lokasi pantai terdapat mushola dan masjid yang bisa digunakan wisatawan untuk sholat.

Disekitar lokasi pantai, juga tersedia persewaan papan selancar bagi wisatawan yang ingin surfing di Pantai Lhoknga. Jadi pengunjung tak perlu repot-repot membawa papan selancar dari rumah. Selain itu, juga tersedia warung-warung dan kafe yang menyediakan berbagai macam kuliner. Salah satu yang khas di pantai ini adalah menikmati jagung bakar sambil melihat fenomena sunset di sore hari.

Jika wisatawan ingin menginap, di sekitar Pantai Lhoknga juga terdapat resort, hotel dan penginapan yang bisa digunakan oleh wisatawan. Penginapan tersebut menawarkan berbagai fasilitas sesuai harga yang ditawarkan. Pengunjung dapat memanfaatkan fasilitas ini jika ingin menikmati keindahan pantai lebih lama lagi.

Pantai Lhoknga memang menawarkan keindahan pantai yang memukau serta spot favorit bagi para peselancar lokal dan mancanegara. Berikut aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan ketika berada di pantai ini.

Surfing Pantai Longha

Daya tarik utama yang dimiliki Pantai Lhoknga adalah gelombang ombak yang cukup menantang bagi para pemain surfing. Adanya beberapa spot surfing dengan tingkat kesulitan yang berbeda memang menjadi tantangan tersendiri bagi penggemar olahraga pemacu adrenalin tersebut. Jika kamu ingin bermain surfing, kamu bisa melakukannya di pantai yang terletak di Aceh Besar ini. 

Jika kamu masih pemula, pilihlah spot surfing yang tak terlalu menantang. Spot tersebut dikenal dengan nama Left Hander Point. Namun jika kamu sudah mahir, kamu bisa mencoba beberapa spot lain yang cukup menantang. Beberapa peselancar lokal bahkan dunia mengatakan, bermain surfing di Pantai Lhoknga tak kalah menantangnya dengan spot surfing yang ada di Pulau Bali.

Menikmati Keindahan Pantai

Selain memiliki beberapa spot surfing, pantai ini juga terkenal akan keindahan panoramanya. Memiliki air laut yang jernih serta pasir pantai yang membentang disepanjang mata memandang akan membuat setiap pengunjung betah berlama-lama di Pantai Lhoknga. Kamu bisa berenang, bermain air, atau main voli pantai di pasir putih yang bersih.

Usai lelah bermain, kamu bisa bersantai di bawah pepohonan rindang yang tumbuh disekitar pantai. Terdapat pula gazebo-gazebo sederhana yang bisa kamu manfaatkan untuk beristirahat. Menikmati pemandangan lautan luas, dengan suara deburan ombak yang menyapu pasir pantai akan menjadikan liburanmu terasa sempurna.

Melihat sunset dan Hunting foto

Pesona pantai Longha memang terlalu indah untuk di lewatkan. Tempat wisata yang satu ini juga menawarkan fenomena sunset indah ketika sore hari tiba. banyak muda mudi yang datang, sehingga sore hari pantai ini cukup ramai dan oleh wisatawan yang datang.

Sebahagian besar wisatawan yang datang di sore hari ingin menyaksikan ke indahan sunset yang ada di pantai longha. ketika matahari perlahan menemui ufuknya, akan tercipta suasana romantis yang semakin indah bila di pandang oleh orang yang di cintai. Menikmati indahnya Matahari terbenam, terasa tak lengkap jika tak mencicipi nikmatnya jagung bakar khas pantai.

Tips Berwisata di Pantai Lhoknga
  • Berhati-hatilah ketika berenang di Pantai Lhoknga, karena terdapat arus bawah yang cukup kuat.
  • Bagi peselancar pemula, sebaiknya ditemani dengan peselancar professional.
  • Wisatawan diharapkan meninggalkan lokasi pantai ketika Magrib tiba.
  • Selalu jaga kebersihan Pantai Lhoknga, dengan tak membuang sampah sembarang tempat.

Rumah Cut Nyak Dhien

Rumah Cut Nyak Dhien – Berkunjung ke Provinsi Aceh, selain menikmati wisata alam yang indah mengagumkan, kita juga bisa mengunjungi lokasi wisata sejarah.

Rumah Cut Nyak Dhien

Rumah Cut Nyak Dhien

Ya, Aceh memiliki kisah perjalanan sejarah yang cukup panjang. Beberapa pahlawan nasional yang berjuang melawan penjajahan Belanda berasal dari Aceh, salah satunya Cut Nyak Dhien.

Nah, untuk mengetahui lebih dekat tentang Srikandi Indonesia dari Tanah Rencong, mengunjungi tempat tinggal Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar adalah caranya.

Museum Rumah Cut Nyak Dhien sebenarnya merupakan replikasi yang dibuat mirip aslinya. Pasalnya, rumah Cut Nyak Dhien dibakar hingga habis oleh penjajah Belanda pada 1896 setelah diketahui bahwa Teuku Umar hanya berpura-pura membelot.

Dibangun kembali pada 1981 dan rampung satu tahun kemudian. Kemudian, museum ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Fuad Hasan, pada 1987.

Pusat perjuangan Aceh melawan Belanda

Museum Rumah Cut Nyak Dhien berlokasi di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.

Bila ditempuh dari Kota Banda Aceh, kira-kira jaraknya sekitar 10 kilometer. Posisi Museum Rumah Cut Nyak Dhien persis di sisi jalan raya, sehingga pengunjung dapat mudah menemukannya.

Berbentuk rumah panggung dengan konstruksi kayu dan beratap rumbia, seperti umumnya rumah adat Aceh.

Rumah panggung tersebut disangga oleh sekitar 65 tiang kayu. Ukuran rumah sekitar 25 meter x 17 meter. Warna hitam mendominasi rumah ini.

Untuk menuju rumah itu, pengunjung harus menaiki beberapa anak tangga. Tangga utama masuk terletak di sebelah kanan rumah. Kemudian, pintu masuk utamanya relatif kecil sehingga siapapun perlu sedikit membungkukkan badan.

Setelah masuk ke dalam rumah, mata akan disajikan oleh suasana yang lapang. Ada banyak ruangan di rumah tersebut. Masing-masing ruangan terhubung oleh pintu. Suasananya adem dan sejuk karena dinding rumah terbuat dari papan kayu dan atap yang dilapisi pelepah daun kelapa tua.

Pada dinding ruangan di area depan, orang bisa menyimak silsilah keturunan keluarga Cut Nyak Dhien. Kemudian, pada area dinding ruangan yang lain, ada foto-foto yang menggambarkan perjuangan Aceh melawan penjajah Belanda.

lemari dan tempat tidur

Di ruangan lain, ada juga kursi-kursi kayu dan meja yang diperkirakan sebagai tempat para tokoh pejuang untuk berunding dan menetapkan strategi perang. Ada juga beberapa koleksi senjata yang dipajang, yaitu rencong dan parang. Dahulu, alat perang ini digunakan oleh Cut Nyak Dhien.

Memasuki ruangan lain,  yaitu ruangan tengah, pengunjung bisa melihat ada dua kamar yang dilengkapi tempat tidur khas Aceh. Satu ruangan kamar untuk para dayang Cut Nyak Dhien. Satu ruangan lainnya, adakah kamar Cut Nyak Dhien. Tampak ada lemari dan tempat tidur dengan tirai berwarna kuning layaknya kamar bangsawan.

Oh ya, kalau dilihat, pada bagian samping depan tampak sumur yang sangat tinggi, kira-kira dua meter. Ini dimaksudkan agar penjajah Belanda tidak dapat meracuni air di dalam sumur.

Mengunjungi tentu tidak sekadar mendapatkan pengalaman yang berkesan. Akan tetapi, pengunjung bisa juga mendapatkan edukasi tentang sejarah perjuangan pahlawan wanita Indonesia.

Nah, bila ada ada kesempatan bertandang berwisata ke provinsi  di ujung pulau Sumatra ini, jangan lewatkan untuk mengunjungi Museum Rumah Cut Nyak Dhien.