Pantai Lampuuk Longha Aceh

Pantai Lampuuk Longha Aceh – Pantai Lhoknga merupakan pantai yang terletak di Kabupaten Aceh Besar, memiliki panorama nan cantik serta beberapa spot surfing yang menantang.

Pantai Lampuuk Longha Aceh

Pantai Lampuuk Longha Aceh

Aceh merupakan salah satu provinsi di Sumatra dengan garis pantai yang sangat panjang. Tak heran jika daerah yang populer dengan sebutan Serambi Mekkah ini memiliki puluhan pantai berjejer indah. Walaupun sempat diterjang gelombang tsunami pada tahun 2004, sebagian besar pantai di Aceh kini telah berbenah. Salah satunya adalah Pantai Lhoknga yang merupakan tempat bermain surfing favorit di Aceh.

Pantai Lhoknga memang telah dikenal memiliki salah satu spot surfing terbaik di Aceh. Tak hanya di Indonesia, pantai ini juga telah mendapat pengakuan dunia Internasional akan gelombang ombaknya. Dengan tiga level ombak yang berbeda, pantai ini sangat cocok bagi para penggemar olahraga pemacu adrenalin seperti surfing.

Secara administratif, Pantai Lhoknga terletak pada Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Untuk mencapai ke pantai ini, pengunjung setidaknya harus menempuh jarak kurang lebih 20 kilometer atau melakukan perjalanan selama setengah jam dari Banda Aceh. Lokasi dari pantai ini juga sangat dekat dengan Pantai Lampuuk sehingga banyak yang beranggapan pantai ini adalah Pantai Lampuuk.

Jaraknya yang tak terlalu jauh dari ibukota provinsi Aceh, menjadikan akses untuk menuju ke Pantai Lhoknga juga mudah. Wisatawan bisa menggunakan kendaraan umum seperti taksi, bus, atau labi-labi yang merupakan kendaraan unik di Aceh. Tak hanya itu, jalan yang menuju ke pantai ini juga dalam kondisi cukup baik untuk dilalui.

Pesona Pantai Lhoknga

Ketika tiba di lokasi, wisatawan akan disambut dengan hamparan lautan luas yang biru serta dipadukan pasir pantai putih membentang di sepanjang pantai. Karakteristik air laut di Pantai Lhoknga ini cenderung jernih, serta tak banyak dipenuhi bebatuan karang di bibir pantainya. Di hamparan pasir putih, wisatawan bisa bebas bermain pasir atau bermain voli pantai.

Pesona utama yang ditawarkan dari Pantai Lhoknga adalah gelombang ombak yang memiliki karakteristik berbeda. Setidaknya ada lima titik spot surfing, yang menjadi andalan bagi para peselancar lokal maupun internasional. Bagi pemula yang baru ingin belajar bermain surfing, disarankan untuk menggunakan spot ‘Left Hander Point’.

Gelombang ombak ini jaraknya kurang lebih 300 meter dari bibir pantai dan memiliki tingkat kesulitan rendah. Selain itu ada juga spot ‘Camera Right Point’ yang menjadi favorit bagi peselancar dari negeri Jepang. Ada pula titik ombak Peak Point, Suri Point, dan Out Sight Right Hander. Khusus untuk Out Sight Right Hander, titik ini memiliki arus yang sangat kuat serta sangat berbahaya.

Pasir putih

Nama Suri Point diabadikan dari nama seorang peselancar lokal yang tewas di titik tersebut. Dahulu, Suri merupakan peselancar mahir, yang menguasai di titik tersebut. Titik ini jaraknya kurang lebih 200 meter dari bibir pantai serta memiliki kesulitan yang cukup tinggi. Suri meninggal pada tahun 2004, ketika terjadi bencana tsunami yang melanda Aceh.

Selain menjadi tempat favorit bagi para peselancar, Pantai Lhoknga juga memiliki panorama pantai yang cukup memukau. Pada sore hari, wisatawan biasanya tumpah ruah bersantai di pasir putih sembari menunggu fenomena sunset yang indah. Kondisi pantai yang masih sepi dan alami juga seakan menjadi nilai tambah pantai ini.

Selepas lelah bermain selancar, wisatawan bisa beristirahat sejenak dengan duduk dibawah pepohonan rindang yang tumbuh di bibir pantai. Tak lupa, jagung bakar menjadi santapan wajib ketika berkunjung ke Pantai Lhoknga. Menikmati keindahan sunset dipinggir pantai, serta ditemani semilir angin yang berhembus akan menjadikan liburan terasa sempurna.

Bahaya Pantai Longha

Meskipun pantai ini memiliki panorama alam serta menjadi spot surfing internasional, wisatawan tetap harus berhati-hati ketika berkunjung ke pantai ini. Tercatat, beberapa wisatawan pernah ditemukan hilang serta tewas di Pantai Lhoknga. Sempat dikira angker, kini telah ditemukan penyebab dari seringnya wisatawan yang tewas di pantai tersebut.

Pada bulan-bulan tertentu, ketika terjadi pasang air laut serta musim angin kencang menjadikan gelombang di pantai menjadi berbahaya. Wisatawan yang tidak mengetahui hal tersebut serta nekat berenang jauh dari tepi pantai bisa membayahakan dirinya sendiri. Hal ini juga dikarenakan minimnya fasilitas keamanan yang ada di Pantai Lhoknga.

Tak hanya itu, dikabarkan Pantai Lhoknga memiliki arus bawah air yang sangat kuat seperti di Pantai Parangtritis, Jogja. Inilah yang menyebabkan kecelakaan sering terjadi. Wisatawan yang panik ketika terseret arus tersebut akan sulit untuk meloloskan diri. Terlebih lagi, pantai ini juga memiliki palung dimana arus bahwa air ini berada.

Ketika berwisata di pantai ini, diharapkan pengunjung selalu waspada dan berhati-hati saat berenang atau bermain air. Keterbatasan fasilitas keamanan seperti rambu-rambu, serta penjaga pantai juga diharapkan keberadaannya. Mengingat potensi Pantai Lhoknga yang begitu besar, pengelola pantai seharusnya mengutamakan keselamatan wisatawan.

Fasilitas Pantai Longha

Fasilitas yang ada di Pantai Lhoknga terbilang cukup memadai, terdapat toilet serta lahan parkir yang cukup luas sehingga wisatawan tak perlu bingung untuk memarkirkan kendaraannya. Selain itu, bagi umat muslim yang ingin beribadah disekitar lokasi pantai terdapat mushola dan masjid yang bisa digunakan wisatawan untuk sholat.

Disekitar lokasi pantai, juga tersedia persewaan papan selancar bagi wisatawan yang ingin surfing di Pantai Lhoknga. Jadi pengunjung tak perlu repot-repot membawa papan selancar dari rumah. Selain itu, juga tersedia warung-warung dan kafe yang menyediakan berbagai macam kuliner. Salah satu yang khas di pantai ini adalah menikmati jagung bakar sambil melihat fenomena sunset di sore hari.

Jika wisatawan ingin menginap, di sekitar Pantai Lhoknga juga terdapat resort, hotel dan penginapan yang bisa digunakan oleh wisatawan. Penginapan tersebut menawarkan berbagai fasilitas sesuai harga yang ditawarkan. Pengunjung dapat memanfaatkan fasilitas ini jika ingin menikmati keindahan pantai lebih lama lagi.

Pantai Lhoknga memang menawarkan keindahan pantai yang memukau serta spot favorit bagi para peselancar lokal dan mancanegara. Berikut aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan ketika berada di pantai ini.

Surfing Pantai Longha

Daya tarik utama yang dimiliki Pantai Lhoknga adalah gelombang ombak yang cukup menantang bagi para pemain surfing. Adanya beberapa spot surfing dengan tingkat kesulitan yang berbeda memang menjadi tantangan tersendiri bagi penggemar olahraga pemacu adrenalin tersebut. Jika kamu ingin bermain surfing, kamu bisa melakukannya di pantai yang terletak di Aceh Besar ini. 

Jika kamu masih pemula, pilihlah spot surfing yang tak terlalu menantang. Spot tersebut dikenal dengan nama Left Hander Point. Namun jika kamu sudah mahir, kamu bisa mencoba beberapa spot lain yang cukup menantang. Beberapa peselancar lokal bahkan dunia mengatakan, bermain surfing di Pantai Lhoknga tak kalah menantangnya dengan spot surfing yang ada di Pulau Bali.

Menikmati Keindahan Pantai

Selain memiliki beberapa spot surfing, pantai ini juga terkenal akan keindahan panoramanya. Memiliki air laut yang jernih serta pasir pantai yang membentang disepanjang mata memandang akan membuat setiap pengunjung betah berlama-lama di Pantai Lhoknga. Kamu bisa berenang, bermain air, atau main voli pantai di pasir putih yang bersih.

Usai lelah bermain, kamu bisa bersantai di bawah pepohonan rindang yang tumbuh disekitar pantai. Terdapat pula gazebo-gazebo sederhana yang bisa kamu manfaatkan untuk beristirahat. Menikmati pemandangan lautan luas, dengan suara deburan ombak yang menyapu pasir pantai akan menjadikan liburanmu terasa sempurna.

Melihat sunset dan Hunting foto

Pesona pantai Longha memang terlalu indah untuk di lewatkan. Tempat wisata yang satu ini juga menawarkan fenomena sunset indah ketika sore hari tiba. banyak muda mudi yang datang, sehingga sore hari pantai ini cukup ramai dan oleh wisatawan yang datang.

Sebahagian besar wisatawan yang datang di sore hari ingin menyaksikan ke indahan sunset yang ada di pantai longha. ketika matahari perlahan menemui ufuknya, akan tercipta suasana romantis yang semakin indah bila di pandang oleh orang yang di cintai. Menikmati indahnya Matahari terbenam, terasa tak lengkap jika tak mencicipi nikmatnya jagung bakar khas pantai.

Tips Berwisata di Pantai Lhoknga
  • Berhati-hatilah ketika berenang di Pantai Lhoknga, karena terdapat arus bawah yang cukup kuat.
  • Bagi peselancar pemula, sebaiknya ditemani dengan peselancar professional.
  • Wisatawan diharapkan meninggalkan lokasi pantai ketika Magrib tiba.
  • Selalu jaga kebersihan Pantai Lhoknga, dengan tak membuang sampah sembarang tempat.

Rumah Cut Nyak Dhien

Rumah Cut Nyak Dhien – Berkunjung ke Provinsi Aceh, selain menikmati wisata alam yang indah mengagumkan, kita juga bisa mengunjungi lokasi wisata sejarah.

Rumah Cut Nyak Dhien

Rumah Cut Nyak Dhien

Ya, Aceh memiliki kisah perjalanan sejarah yang cukup panjang. Beberapa pahlawan nasional yang berjuang melawan penjajahan Belanda berasal dari Aceh, salah satunya Cut Nyak Dhien.

Nah, untuk mengetahui lebih dekat tentang Srikandi Indonesia dari Tanah Rencong, mengunjungi tempat tinggal Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar adalah caranya.

Museum Rumah Cut Nyak Dhien sebenarnya merupakan replikasi yang dibuat mirip aslinya. Pasalnya, rumah Cut Nyak Dhien dibakar hingga habis oleh penjajah Belanda pada 1896 setelah diketahui bahwa Teuku Umar hanya berpura-pura membelot.

Dibangun kembali pada 1981 dan rampung satu tahun kemudian. Kemudian, museum ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Fuad Hasan, pada 1987.

Pusat perjuangan Aceh melawan Belanda

Museum Rumah Cut Nyak Dhien berlokasi di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.

Bila ditempuh dari Kota Banda Aceh, kira-kira jaraknya sekitar 10 kilometer. Posisi Museum Rumah Cut Nyak Dhien persis di sisi jalan raya, sehingga pengunjung dapat mudah menemukannya.

Berbentuk rumah panggung dengan konstruksi kayu dan beratap rumbia, seperti umumnya rumah adat Aceh.

Rumah panggung tersebut disangga oleh sekitar 65 tiang kayu. Ukuran rumah sekitar 25 meter x 17 meter. Warna hitam mendominasi rumah ini.

Untuk menuju rumah itu, pengunjung harus menaiki beberapa anak tangga. Tangga utama masuk terletak di sebelah kanan rumah. Kemudian, pintu masuk utamanya relatif kecil sehingga siapapun perlu sedikit membungkukkan badan.

Setelah masuk ke dalam rumah, mata akan disajikan oleh suasana yang lapang. Ada banyak ruangan di rumah tersebut. Masing-masing ruangan terhubung oleh pintu. Suasananya adem dan sejuk karena dinding rumah terbuat dari papan kayu dan atap yang dilapisi pelepah daun kelapa tua.

Pada dinding ruangan di area depan, orang bisa menyimak silsilah keturunan keluarga Cut Nyak Dhien. Kemudian, pada area dinding ruangan yang lain, ada foto-foto yang menggambarkan perjuangan Aceh melawan penjajah Belanda.

lemari dan tempat tidur

Di ruangan lain, ada juga kursi-kursi kayu dan meja yang diperkirakan sebagai tempat para tokoh pejuang untuk berunding dan menetapkan strategi perang. Ada juga beberapa koleksi senjata yang dipajang, yaitu rencong dan parang. Dahulu, alat perang ini digunakan oleh Cut Nyak Dhien.

Memasuki ruangan lain,  yaitu ruangan tengah, pengunjung bisa melihat ada dua kamar yang dilengkapi tempat tidur khas Aceh. Satu ruangan kamar untuk para dayang Cut Nyak Dhien. Satu ruangan lainnya, adakah kamar Cut Nyak Dhien. Tampak ada lemari dan tempat tidur dengan tirai berwarna kuning layaknya kamar bangsawan.

Oh ya, kalau dilihat, pada bagian samping depan tampak sumur yang sangat tinggi, kira-kira dua meter. Ini dimaksudkan agar penjajah Belanda tidak dapat meracuni air di dalam sumur.

Mengunjungi tentu tidak sekadar mendapatkan pengalaman yang berkesan. Akan tetapi, pengunjung bisa juga mendapatkan edukasi tentang sejarah perjuangan pahlawan wanita Indonesia.

Nah, bila ada ada kesempatan bertandang berwisata ke provinsi  di ujung pulau Sumatra ini, jangan lewatkan untuk mengunjungi Museum Rumah Cut Nyak Dhien.

11-Wisata Padang-Harus Kamu-Kunjungi Saat-Liburan

11-Wisata Padang-Harus Kamu-Kunjungi Saat-Liburan – Tempat wisata di Padang dapat menjadi salah satu rekomendasi yang tepat untuk berlibur bersama keluarga atau pasangan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Sumatera Barat mempunyai banyak destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Mulai dari wisata alam sampai wisata budaya. Kota Padang sendiri mempunyai wilayah yang berbatasan langsung dengan laut, sehingga di tempat banyak sekali pantai yang bisa disinggahi. 

11-Wisata Padang-Harus Kamu-Kunjungi Saat-Liburan

Selain itu, Kota Padang juga mempunyai berbagai variasi geografi seperti pulau-pulau kecil yang sangat indah. Kamu dapat mengunjungi beberapa pulau tersebut hanya dengan menyewa perahu. Dijamin, bila kamu berwisata ke kota Padang tidak akan membuat bosan lantaran banyaknya tempat wisata yang dapat dinikmati. Nah, menyadur dari berbagai sumber, berikut adalah ulasan mengenai tempat wisata di Padang yang wajib dikunjungi. 

11-Wisata Padang-Harus Kamu-Kunjungi Saat-Liburan

Pantai Air Manis

Tempat wisata di Padang yang pertama adalah pantai Air Manis yang sangat ikonik. Di tempat ini ada juga sebuah batu yang berbentuk seperti manusia sedang bersujud. Masyarakat setempat meyakini bahwa batu tersebut adalah Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu oleh ibunya. Hal menarik lainnya yang terdapat di destinasi wisata ini adalah bebatuan yang mirip seperti tali tambang kapal dan kayu yang berbentuk pecahan badan kapal. Penduduk sekitar juga yakin bahwa batu tersebut bukan kebetulan, tapi ada hubungannya dengan legenda Malin Kundang yang nyata adanya. 

Jembatan Siti Nurbaya

Tempat wisata di Padang ini cukup unik karena mengangkat nama dari kisah Siti Nurbaya. Jembatan ini membentang sekitar 156 meter di atas permukaan Sungai Batang Aru. Nama Siti Nurbaya lantaran fungsinya sebagai salah satu penghubung menuju Gunung Padang yang menjadi latar novel klasik Siti Nurbaya. Jembatan ini juga bisa dijadikan sebagai tempat menikmati panorama terbenamnya matahari. 

Pantai Padang

Pantai Padang adalah salah satu tempat wisata di Padang yang paling favorit dan banyak dikunjungi oleh wisatawan. Apalagi sesudah Pemerintah Kota Padang yang memoles destinasi tersebut dengan berbagai fasilitas dan tempat yang semakin nyaman.  Pada saat cuaca cerah, Pantai Padang adalah salah satu tempat yang sangat ideal untuk menyaksikan matahari terbenam. Apalagi ditambah dengan bias merah cahaya matahari yang sangat mengagumkan. 

Pantai Pasumpahan – 11-Wisata Padang-Harus Kamu-Kunjungi Saat-Liburan

Terletak di Pulau Pasumpahan yang berada di wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Untuk menuju ke tempat wisata di Padang ini kamu dapat menyewa speed boat dari Teluk Bangas.  Setelah berada di sana, kamu akan disambut dengan hamparan pasir putih yang dikelilingi dengan perbukitan dan pepohonan rindang. Selain itu, pantai di tempat ini masih memiliki air yang jernih sehingga kamu bisa melihat terumbu karang yang masih terjaga dengan mudah.

Air Terjun Sarasah

Destinasi wisata alam ini lebih dikenal dengan sebutan Sarasah Barasok. Dalam bahasa Padang, Sarasah mempunyai arti air terjun dan Barasok berarti berasap. Seperti namanya, tempat wisata di Padang ini tampak seperti air yang berasap mengepul dari kejauhan.  Hal ini diakibatkan oleh aliran air yang mengucur sangat keras dengan tinggi 20 meter. Air terjun yang satu ini menawarkan berbagai pesona alam yang sangat bila dilewatkan. Dapat dikatakan bahwa tempat wisata yang satu ini cocok untuk kamu yang menyukai wisata petualangan. Hal ini karena untuk mencapai lokasi wisata harus menempuh perjalanan dengan jalan terjal. 

Pantai Pasir Jambak

Pantai yang satu ini juga tidak kalah indah dari beberapa pantai yang ada di Padang. Berada di Tebing, Pantai Pasir Jambak sangat cocok untuk dikunjungi pada akhir pekan atau saat liburan tiba. Lokasinya pun tidak terlalu jauh, hanya berjarak 20 kilometer dari pusat Kota Padang. Pesona dari tempat wisata di Padang ini berada di pasir putihnya, tempat yang landai, dan pohon kelapa yang menjulang tinggi. Selain itu, tempat ini juga sudah menyediakan fasilitas lain yang dimulai dari rumah makan, gazebo, homestay, sampai area parkir yang luas. Bila akan berkunjung ke tempat ini, disarankan datang pada waktu senja untuk menikmati tenggelamnya matahari.

Air Terjun Lubuk Hitam

Ada lagi tempat wisata air terjun di Padang yang wajib dikunjungi adalah Lubuk Hitam Waterfall. Tempat wisata di Padang ini berbeda dengan wisata air terjun pada umumnya, karena ini adalah air terjun bertingkat dengan aliran air yang jernih. Saat berkunjung ke sini, kamu akan melihat air terjun pada tiga tingkatan yang sangat unik dan menarik.  Saking uniknya, tiga tingkatan air terjun tersebut mempunyai karakteristik sendiri yang berbeda-beda. Dua tingkat pertama mempunyai ketinggian yang mencapai 2 meter. Kemudian tingkatan berikutnya mempunyai ketinggian yang mencapai 10 meter. Seluruh tingkatan tersebut mempunyai jalur yang mudah diakses dan tidak terlalu menanjak. 

Museum Adityawarman – 11-Wisata Padang-Harus Kamu-Kunjungi Saat-Liburan

Kerap disebut juga dengan Taman Mini Sumatera Barat. Tempat wisata di Padang inoi terletak di kawasan dengan luas 2,6 hektare dan luas bangunan yang mencapai 2.855 m2.  Di Museum Adityawarman ini ada sebuah koleksi benda bersejarah, baik itu cagar budaya Minangkabau atau nasional. Dari banyaknya koleksi yang terdapat di sini, salah satu yang paling unik adalah Rumah Bagonjong atau Banjuang yang memiliki arsitektur khas Minang. 

Masjid Raya Sumatera Barat

Yang berada di Kota Padang ini dikenal karena memiliki arsitektur yang unik. Masjid ini tidak mempunyai kubah, tapi mengusung arsitektur dari Rumah Gadang dengan empat sudut lancip khas budaya Minangkabau. Bangunan dari masjid ii berbentuk lonjong dengan luas yang mencapai 18.000 m2.  Menariknya, salah satu tempat wisata di Padang ini berhasil meraih penghargaan Abdullatif Al Fozan Award atau AFAWA beberapa waktu yang lalu. Penghargaan tersebut adalah ajang untuk memperlihatkan karya dan desain masih dari beberapa negara muslim yang ada di dunia. 

Lubuk Paraku

Saat kamu berkunjung ke Kota Padang, jangan lupa untuk menyempatkan hadir ke kolam Lubuk Paraku. Destinasi wisata ini berbentuk kolam dengan air yang berwarna biru dan sangat jernih. Suasananya semakin teduh ketika rerimbunan pohon di sekeliling lokasi bergoyang oleh terpaan angin.  Destinasi wisata ini masih belum banyak dilakukan perubahan, sehingga suasananya masih alami. Menariknya, kolam ini sudah hadir sejak zaman kolonial dan ditetapkan menjadi destinasi wisata primadona tahun 80-an. Bukan hanya suasananya yang masih perawan, tapi keindahan dan pamornya tidak tinggal kenangan. 

Pantai Nirwana – 11-Wisata Padang-Harus Kamu-Kunjungi Saat-Liburan

Pantai yang berada di Kota Padang memang dikenal lantaran memiliki keindahan. Tempat wisata ini begitu cocok untuk didatangi bersama dengan keluarga atau pasangan. Ombaknya yang tidak terlalu besar dan hamparan pasir putih yang sangat indah dan menakjubkan tidak boleh dilewatkan.  Bahkan, para pengunjung diizinkan untuk bermain air dan berenang di tempat ini. Akan tetapi, tidak diperbolehkan untuk melebihi garis pantai yang bisa membahayakan nyawa. Bila sudah selesai bermain air, kamu juga bisa langsung menyantap hidangan yang sangat enak dan lezat. 

Masjid Raya Baiturrahman Banda-Aceh

Masjid Raya Baiturrahman Banda-Aceh – ( مسجد راي بايتوررحمن ) adalah sebuah Masjid yang terletak di pusat kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Juga menjadi simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini adalah landmark Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh dan selamat dari bencana tsunami pada 26 Desember 2004 silam.

Masjid Raya Baiturrahman Banda-Aceh

Masjid Raya Baiturrahman Banda-Aceh

Sejarah

Masjid yang asli dibangun pada tahun 1612 di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Ada juga yang mengatakan bahwa yang asli dibangun lebih awal pada tahun 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Masjid Kerajaan yang asli menampilkan atap jerami berlapis-lapis yang merupakan fitur khas arsitektur Aceh.

Ketika Kolonial Hindia Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada 10 April 1873, masyarakat Aceh menggunakan Masjid Raya yang asli sebagai benteng pertempuran, dan menyerang pasukan Royal Belanda dari dalam masjid. Pasukan Royal Belanda pun membalas dengan menembakkan suar ke atap jerami masjid, yang menyebabkan masjid terbakar.

Jendral Van Swieten pun menjanjikan pemimpin lokal bahwa dia akan membangun kembali Masjid Raya dan menciptakan tempat yang hangat untuk permintaan maaf. Pada 9 Oktober 1879, Belanda membangun kembali Masjid Baiturrahman sebagai pemberian dan untuk mengurangi kemarahan rakyat Aceh. Konstruksi dimulai pada tahun 1879.

Di selesaikan pada 27 Desember 1881

Ketika batu pertama diletakkan oleh Tengku Qadhi Malikul Adil, yang kemudian menjadi imam pertama di Masjid Raya baru ini, dan diselesaikan pada 27 Desember 1881 ketika masa pemerintahan Sultan terakhir Aceh, Muhammad Daud Syah. Banyak orang Aceh yang awalnya menolak untuk beribadah di Masjid Raya Baiturrahman yang baru ini karena dibangun oleh orang Belanda, yang awalnya merupakan musuh mereka. Namun sekarang Masjid ini telah menjadi kebanggaan Masyarakat Aceh.

Pada awalnya, Masjid Raya Baiturrahman hanya memiliki satu kubah dan satu menara. Kubah-kubah dan Menara-menara ekstra baru ditambahkan pada tahun 1935, 1958, dan 1982. Hari ini Masjid Raya Baiturrahman memiliki 7 kubah dan 8 menara, termasuk yang tertinggi di Banda Aceh.

Masjid Raya Baiturrahman selamat dari peristiwa Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang hanya mendapatkan sedikit kerusakan seperti beberapa dinding yang retak. Salah satu menara 35 meter juga mengalami sedikit keretakan dan menjadi sedikit miring akibat gempa tersebut. Disaat kejadian bencana alam tersebut, Masjid ini digunakan sebagai tempat penampungan sementara untuk orang-orang yang terlantar dan baru dibuka kembali untuk ibadah setelah 2 minggu.

Arsitektur dan Desain

Masjid Raya Baiturrahman awalnya dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama Gerrit Bruins. Desainnya kemudian diadaptasi oleh L.P. Luijks, yang juga mengawasi pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor Lie A Sie.[6] Desain yang dipilih adalah gaya kebangkitan Mughal, yang dicirikan oleh kubah besar dengan menara-menara. Kubah hitam uniknya dibangun dari sirap kayu keras yang digabung menjadi ubin.

Interiornya dihiasi dengan dinding dan pilar be-relief, tangga marmer dan lantai dari Tiongkok, jendela kaca patri dari Belgia, pintu kayu berdekorasi, dan lampu hias gantung perunggu. Batu-batu bangunannya berasal dari Belanda. Pada saat penyelesaiannya, desain yang baru pada masanya ini sangat kontras dibandingkan dengan masjid-masjid khas Aceh disaat itu, yang mengakibatkan banyak orang Aceh menolak untuk shalat di Masjid Raya Baiturrahman ini, ditambah lagi karena masjid ini dibangun oleh “orang kafir” Belanda. Namun sekarang, Masjid Raya Baiturrahman telah menjadi masjid kebanggaan masyarakat Aceh.

Wisatawan

Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Aceh terus meningkat setiap tahunnya, mereka mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang tersebar diseluruh penjuru Aceh. Salah satu objek wisata sejarah yang sangat diminati oleh para wisatawan adalah Masjid Raya Baiturrahman, para wisatawan biasanya menghabiskan waktu dengan cara mempelajari sejarah Masjid Raya Baiturrahman, menikmati keindahan arsitekturnya serta mengabadikan foto saat berada di kawasan masjid.

Malin-Kundang Cerita Rakyat Padang

Malin-Kundang Cerita Rakyat Padang berada di daerah Provinsi Sumatra Barat Indonesia

Siapa yang tidak kenal kisah Malin Kundang si anak durhaka? Karena tak mengakui ibunya, dia pun dikutuk menjadi batu. Dan batunya ini berada di salah satu pantai di Sumatera Barat, yaitu di Pantai Air Manis yang berada di Kota Padang.

Malin-Kundang Cerita Rakyat Padang

Beberapa waktu lalu viral video yang menunjukkan batu anak durhaka ini hilang tenggelam. Setelah dikonfirmasi batu tenggelam karena tingginya curah hujan dan air pasang yang juga tinggi hingga menyebabkan lokasi batu yang memang berada di pinggir pantai tergenang air. Namun sekarang genangan itu telah hilang dan batu terlihat lagi.

Batu Malin Kundang berada di Pantai Air Manis yang berlokasi di Kota Padang. Tepatnya sekitar 15 km dari pusat Kota Padang. Oh ya, orang Padang menyebut pantai ini dengan nama Pantai Aie Manih.

Pantai ini cukup ramai dan menjadi salah satu favorit wisatawan bila liburan ke Padang. Serta juga menjadi salah satu spot untuk warga lokal menghabiskan sore bersama keluarga. Selain karena adanya Batu Malin Kundang, juga karena pemandangan di pantai ini juga cantik.

Malin-Kundang Cerita Rakyat Padang

Pada zaman dahulu kalah di pesisir pantai Sumatera Barat hidup lah satu keluarga nelayan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak laki-laki bernama Malin Kundang. Kehidupan mereka sangat lah susah dan serba kekurangan.

Menyadari kondisinya tersebut, sang ayah akhirnya memutuskan untuk merantau ke negeri seberang. Ia berharap bisa mengubah nasib keluarganya, terutama sang anak.

Malin Kundang pun tinggal berdua bersama sang ibu. Setelah satu tahun lamanya ditinggal, sang ayah tak kunjung pulang dan memberikan kabar. Keluarga itu pun pasrah menerima kenyataan.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya Malin Kundang tumbuh menjadi pemuda yang pekerja keras. Dia selalu membantu ibunya mencari uang dan akhirnya memutuskan untuk merantau juga.

Malin Kundang

Walau dengan berat hati, sang ibu mengikhlaskan Malin Kundang untuk pergi mencari uang ke negeri seberang. Malin pun berjanji untuk kembali dan membahagiakan sang ibu.

Setelah beberapa tahun, Malin Kundang kembali ke kampung halamannya. Ia menggunakan pakaian yang bagus dan berlayar dengan kapal besar. Hal itu pun menjadi perhatian warga setempat hingga akhirnya salah satu warga mengenali Malin Kundang.

Ibunya pun mendengar kabar Malin Kundang kembali dan berada di pelabuhan. Saat sang Ibu memanggil namanya, Malin tak mengakui bahwa wanita tua tersebut adalah yang melahirkannya.

Istri Malin Kundang juga bertanya terkait kebenaran apakah sang ibu adalah wanita tua dan miskin. Malin tetap kukuh dan menolak mengakui keberadaan sang Ibu.

Kecewa melihat perilaku sang anak, Ibu Malin Kundang pun berdoa kepada tuhan agar anaknya diberi hukuman yang berat. Sehari setelahnya, Malin Kundang, kapal dan awak kapalnya tersambar petir dan berubah menjadi batu. Sang Ibu percaya bahwa itu adalah hukuman dari Tuhan yang maha Esa kepada Malin Kundang karena durhaka tak mengakui sang Ibu.

Nah Batu Malin Kundang ini dipercaya berada di Pantai Air Manis, Sumatera Barat ini. Terlihat sebuah batu seperti sedang bersujud terpaku, disertai dengan bongkahan batu yang dipercaya adalah bagian kapal dari Malin Kundang.

7 Tempat Wisata Di Aceh

7 Tempat Wisata Di Aceh harus kamu kunjungi – Aceh adalah provinsi di ujung Pulau Sumatera yang memiliki beragam tempat wisata, mulai dari wisata bahari sampai wisata alam.  Keindahan alam yang memesona membuat beragam tempat wisata di Aceh sebaiknya tak dilewatkan, terutama jika kamu sedang berkunjung ke sana. Jangan lupa pula mencicipi kuliner khas yang bakal membuat sesi melancongmu menjadi semakin lengkap.

7 Tempat Wisata Di Aceh

Aceh juga terkenal akan penerapan hukum syariat Islam hampir di semua sektor, maka dari itu Aceh mendapat julukan sebagai Serambi Mekah.

Aceh pernah mengalami tsunami dahsyat yang merenggut banyak korban jiwa, hal tersebut membuat Aceh seakan mati suri, begitu pula dengan sektor pariwisatanya.

Saat ini, Aceh telah bangkit kembali. Dan beberapa tempat wisata di Aceh pun dapat dikunjungi wisatawan kembali. Berikut beberapa tempat wisata di Aceh yang recommended :

7 Tempat Wisata Di Aceh

Masjid Raya Baiturrahman

Tempat wisata Aceh yang pertama dan paling utama ialah mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman yang sudah ada sejak tahun 1600-an.

Masjid Raya Baiturrahman Aceh dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, dengan tujuan sebagai pusat pengajaran ilmu agama. Masjid ini mampu menampung sebanyak 1900 jamaah, di bagian luar masjid terdapat taman yang indah.

Dan pada waktu terjadinya tsunami Aceh tahun 2004, Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu bangunan yang tetap kokoh berdiri dan dijadikan sebagai tempat pengungsian.

Masjid ini sudah mengalami renovasi hingga 5 kali serta beberapa perluasan area. Bahkan masjid ini sempat menjadi tempat perlindungan masyarakat Aceh saat bencana tsunami menyerang di tahun 2004 silam.

Museum Tsunami

Museum Tsunami Aceh menyimpan nama – nama dari korban Tsunami Aceh tahun 2004. Selain itu, ada pula 22 alat peraga, 7 maket, dan 26 foto mengenai tsunami.

Tahukah kamu, kalau Museum Tsunami ini didesain oleh Ridwan Kamil yang kala itu masih berprofesi sebagai seorang arsitek.

Setiap tingkat dari Museum Tsunami memberikan suasana yang berbeda, ini merupakan tempat wisata yang harus kamu kunjungi ketika berada di Aceh.

  • Lokasi: Jl. Sultan Iskandar Muda, No. 3, Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh.

Pantai Lhoknga

Pantai Lhoknga memiliki hamparan pasir berwarna putih serta laut yang berwarna biru, pantai ini sering digunakan untuk bermain selancar air atau surfing.

Di sekitar lokasi Pantai Lhoknga terdapat penyewaan papan selancar, sehingga dapat mempermudah kamu ketika hendak bermain surfing.

  • Lokasi: kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh.
Danau Lut Tawar

Keindahan alam lainnya yang dimiliki Aceh yakni sebuah danau yang lokasinya berada di Dataran Tinggi Gayo, bernama Danau Lut Tawar.

Danau ini sangat luas, terlihat seperti sebuah lautan hanya saja airnya tawar. Itulah yang melatarbelakangi penamaan Danau Lut Tawar.

Kamu dapat menikmati keindahan Danau Lut Tawar yang berwarna biru, dihiasi pula dengan perbukitan yang berwarna hijau.

Yakni dengan menyewa perahu motor untuk mengelilingi danau ataupun dengan menyewa sepeda. Tapi ketika berada di Danau Lut Tawar, kamu tidak diperkenankan untuk berenang karena memiliki kedalaman mencapai 80 meter.

  • Lokasi: Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.
Air Terjun Blang Kolam

Air Terjun Blang Kolam ialah sebuah air terjun yang memiliki ketinggian sekitar 75 meter, dengan kedalaman kolamnya antara 1 hingga 3 meter.

Untuk menuju Air Terjun Blang Kolam, kamu harus melakukan trekking menuruni anak tangga terlebih dahulu. Karena memang lokasinya masih tersembunyi.

Selain bermain air, di tempat wisata Aceh yang satu ini kamu juga dapat melakukan camping bersama komunitas para pecinta alam.

Pulau Rubiah

Merupakan sebuah pulau yang terletak di Sabang, Aceh, dimana kamu akan mendapatkan panorama alam yang sangat indah baik di daratan maupun lautannya.

Pulau Rubiah menjadi salah satu daya tarik bagi peserta Famtrip Konsulat Jenderal Republik Indonesia Johor Bahru, Malaysia. Peserta Famtrip tersebut berasal dari kalangan pengusaha, agen travel, pelaku industri, dan juga awak media untuk menikmati keindahan serta pesona bawah lautnya.

Bagi kalian yang belum tahu, Famtrip (Familiarization Trip) merupakan perjalanan wisata untuk mengenalkan wisata–wisata yang ada di Indonesia. Promosi wisata ini dilakukan oleh Kementerian Pariwisata untuk menarik wisatawan Indonesia.

  • Lokasi: Kota Sabang, Aceh.
Ketambe Aceh

Ialah sebuah kecamatan yang lokasinya berada tak jauh dari Taman Nasional Gunung Leuseur. Kawasan Ketambe berfungsi sebagai sebuah lokasi penelitian orang utan Sumatera dan merupakan pusat penelitian Rangkong.

Di Kecamatan Ketambe terdapat sebuah sungai yang bernama Sungai Alas dan sering digunakan untuk melakukan kegiatan arung jeram. Kamu juga dapat menyusuri kawasan hutan hujan, serta bertemu langsung dengan hewan-hewan yang dilindungi.

  • Lokasi: Desa Ketambe, Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh

Sekilas Tentang Kota Padang

Sekilas Tentang Kota Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau Sumatra dan ibu kota provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kota ini merupakan pintu gerbang barat Indonesia dari Samudra Hindia. Secara geografi, Padang dikelilingi perbukitan yang mencapai ketinggian 1.853 mdpl dengan luas wilayah 693,66 km², lebih dari separuhnya berupa hutan lindung. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 909.040 jiwa. Padang merupakan kota inti dari pengembangan wilayah metropolitan Palapa.

Sekilas Tentang Kota Padang

Sekilas Tentang Kota Padang

Sejarah Kota Padang tidak terlepas dari peranannya sebagai kawasan rantau Minangkabau, yang berawal dari perkampungan nelayan di muara Batang Arau lalu berkembang menjadi bandar pelabuhan yang ramai setelah masuknya Belanda di bawah bendera Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Hari jadi kota ditetapkan pada 7 Agustus 1669, yang merupakan hari penyerangan loji Belanda di Muara Padang oleh masyarakat Pauh dan Koto Tangah.

Semasa penjajahan Belanda, kota ini menjadi pusat perdagangan emas, teh, kopi, dan rempah-rempah. Memasuki abad ke-20, ekspor batu bara dan semen mulai dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Saat ini, infrastruktur Kota Padang telah dilengkapi oleh Bandar Udara Internasional Minangkabau serta jalur kereta api yang terhubung dengan kota-kota lain di Sumatra Barat.

Sentra perniagaan kota berada di Pasar Raya Padang, dan didukung oleh sejumlah pusat perbelanjaan modern dan 16 pasar tradisional. Padang merupakan salah satu pusat pendidikan terkemuka di luar Pulau Jawa, ditopang dengan keberadaan puluhan perguruan tinggi, termasuk tiga universitas negeri.

Sebagai kota seni dan budaya, Padang dikenal dengan legenda Malin Kundang dan novel Sitti Nurbaya. Setiap tahunnya, berbagai festival diselenggarakan untuk menunjang sektor pariwisata. Di kalangan masyarakat Indonesia, nama kota ini umumnya diasosiasikan dengan etnis Minangkabau serta masakan khasnya dikenal sebagai masakan Padang.

Sejarah

Tidak ada data yang pasti siapa yang memberi nama kota ini Padang. Diperkirakan kota ini pada awalnya berupa sebuah lapangan, dataran atau gurun yang luas sehingga dinamakan Padang. Dalam bahasa Minang, kata padang juga dapat bermaksud pedang.

Menurut tambo setempat, kawasan kota ini dahulunya merupakan bagian dari kawasan rantau yang didirikan oleh para perantau Minangkabau dari Dataran Tinggi Minangkabau (darek). Tempat permukiman pertama mereka adalah perkampungan di pinggiran selatan Batang Arau di tempat yang sekarang bernama Seberang Padang. 

Kampung-kampang baru kemudian dibuka ke arah utara permukiman awal tersebut, yang semuanya termasuk Kenagarian Padang dalam adat Nan Dalapan Suku; yaitu suku-suku Sumagek (Chaniago Sumagek), Mandaliko (Chaniago Mandaliko), Panyalai (Chaniago Panyalai), dan Jambak dari Kelarasan Bodhi-Chaniago, serta Sikumbang (Tanjung Sikumbang), Balai Mansiang (Tanjung Balai-Mansiang), Koto (Tanjung Piliang), dan Malayu dari Kelarasan Koto-Piliang. 

Terdapat pula pendatang dari rantau pesisir lainnya, yaitu dari Painan, Pasaman, dan Tarusan. Seperti kawasan rantau Minangkabau lainnya, pada awalnya kawasan sepanjang pesisir barat Sumatra berada di bawah pengaruh Kerajaan Pagaruyung. Namun, pada awal abad ke-17 kawasan ini telah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

Kependudukan

Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di provinsi Sumatra Barat. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah penduduk Kota Padang adalah sebanyak 833.584 jiwa. Jumlah tersebut menunjukan penurunan yang signifikan dari data kependudukan tahun 2008 (856.815 jiwa) akibat peristiwa gempa bumi 2009. 

Pada akhir tahun 2014, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Padang melaporkan jumlah penduduk sebanyak 1.000.096 jiwa dengan rincian 273.915 Kepala Keluarga yang terdiri dari 507.785 orang laki-laki dan 492.306 perempuan. Pada tahun 2009 kota ini bersama dengan kota Makassar, Denpasar, dan Yogyakarta, ditetapkan oleh Kemendagri sebagai empat kota proyek percontohan penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) di Indonesia

Etnis/suku – Sekilas Tentang Kota Padang

Penduduk Padang sebagian besar berasal dari etnis Minangkabau. Etnis lain yang juga bermukim di sini adalah Jawa, Tionghoa, Nias, Mentawai, Batak, Aceh, dan Tamil. Orang Minang di Kota Padang merupakan perantau dari daerah lainnya dalam Provinsi Sumatra Barat. Pada tahun 1970, jumlah pendatang sebesar 43% dari seluruh penduduk, dengan 64% dari mereka berasal dari daerah-daerah lainnya dalam provinsi Sumatra Barat. Pada tahun 1990, dari jumlah penduduk Kota Padang, 91% berasal dari etnis Minangkabau.

Orang Nias sempat menjadi kelompok minoritas terbesar pada abad ke-19. VOC membawa mereka sebagai budak sejak awal abad ke-17. Sistem perbudakan diakhiri pada tahun 1854 oleh Pengadilan Negeri Padang. Pada awalnya mereka menetap di Kampung Nias, namun kemudian kebanyakan tinggal di Gunung Padang. Cukup banyak juga orang Nias yang menikah dengan penduduk Minangkabau. Selain itu, ada pula yang menikah dengan orang Eropa dan Tionghoa. Banyaknya pernikahan campuran ini menurunkan persentase suku Nias di Padang.

Belanda kemudian juga membawa suku Jawa sebagai pegawai dan tentara, serta ada juga yang menjadi pekerja di perkebunan. Selanjutnya, pada abad ke-20 orang Jawa kebanyakan datang sebagai transmigran. Selain itu, suku Madura, Ambon dan Bugis juga pernah menjadi penduduk Padang, sebagai tentara Belanda pada masa perang Padri. Penduduk Tionghoa datang tidak lama setelah pendirian pos VOC. Orang Tionghoa di Padang yang biasa disebut dengan Cina Padang, sebagian besar sudah membaur dan biasanya berbahasa Minang. Pada tahun 1930 paling tidak 51% merupakan perantau keturunan ketiga, dengan 80% adalah Hokkian, 2% Hakka, dan 15% Kwongfu.

Suku Tamil atau keturunan India kemungkinan datang bersama tentara Inggris. Daerah hunian orang Tamil di Kampung Keling merupakan pusat niaga. Sebagian besar dari mereka yang bermukim di Kota Padang sudah melupakan budayanya. Orang-orang Eropa dan Indo yang pernah menghuni Kota Padang menghilang selama tahun-tahun di antara kemerdekaan (1945) dan nasionalisasi perusahaan Belanda (1958).

Agama – Sekilas Tentang Kota Padang

Mayoritas penduduk Kota Padang memeluk agama Islam. Kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini adalah Kristen, Buddha, dan Khonghucu, yang kebanyakan dianut oleh penduduk bukan dari suku Minangkabau. Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh masjid, gereja dan klenteng juga terdapat di Kota Padang.

Masjid Raya Ganting merupakan masjid tertua di kota ini, yang dibangun sekitar tahun 1700. Sebelumnya masjid ini berada di kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke lokasi sekarang. Beberapa tokoh nasional pernah sholat di masjid ini di antaranya Soekarno, Hatta, Hamengkubuwono IX dan A.H. Nasution. Bahkan Soekarno sempat memberikan pidato di masjid ini. Masjid ini juga pernah menjadi tempat embarkasi haji melalui pelabuhan Emmahaven (sekarang Teluk Bayur) waktu itu, sebelum dipindahkan ke Asrama Haji Tabing sekarang ini.

Gereja Katholik dengan arsitektur Belanda telah berdiri sejak tahun 1933 di kota ini, walaupun French Jesuits telah mulai melayani umatnya sejak dari tahun 1834, seiring bertambahnya populasi orang Eropa waktu itu.

Dalam rangka mendorong kegairahan penghayatan kehidupan beragama terutama bagi para penganut agama Islam pada tahun 1983 untuk pertama kalinya di kota ini diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat nasional yang ke-13.

Demografi
 • AgamaIslam 95,63%
Kristen 3,40%
– Protestan 1,72%
– Katolik 1,68%
Buddha 0,95%
Hindu 0,01%
Lainnya 0,01%
 • Bahasabahasa Indonesia(resmi), bahasa Minang(dominan)
 • IPM82,90 (2021)
sangat tinggi

Sekilas Demografi Sumatra Utara Medan

Demografi Sumatra Utara merupakan provinsi ke Empat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Demografi Sumatra Utara

Demografi Sumatra Utara

Penduduk

Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatra Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumatra Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatra Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km².

Dengan Laju Pertumbuhan Penduduk dari tahun 2000-2010 sebesar 1,10 persen. Sensus penduduk tahun 2020, penduduk Sumatra Utara bertambah menjadi 13.937.797 jiwa, dengan kepadatan penduduk 191 jiwa/km², dan tahun 2021 berjumlah 15.136.522 jiwa.

Demografi Sumatra Utara

Agama – Demografi Sumatra Utara

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik provinsi Sumatera Utara tahun 2021, mayoritas penduduk Sumatra Utara menganut agama Islam yakni 63,36%, kemudian Kristen 33,99% dimana Protestan 26,66% dan Katolik 7,33%.

Kemudian Budha 2,43 %, Konghucu 0,11%, Hindu 0,10 % dan Parmalim 0,01%. Sementara untuk sarana rumah ibadah, terdapat 12.499 Gereja Protestan, 10.738 Masjid, 4.822 Mushola, 2.488 Gereja Katolik, 393 Vihara, 99 Klenteng dan 84 Pura.

Agama utama di Sumatra Utara berdasarkan etnis adalah :

  • Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Arab, Mandailing, Angkola, sebagian Karo, Simalungun, Batak Pesisir dan Pakpak
  • Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias dan sebagian Batak Angkola, Tionghoa.
  • Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan.
  • Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan.
  • Konghucu: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan.
  • Parmalim: kepercayaan asli suku Batak Toba, sebelum ajaran agama Kristen berkembang. Penganut Parmalim banyak bermukim di kecamatan Uluan, kecamatan Lumban Julu, kecamatan Ajibata, dan kecamatan Bonatua Lunasi di kabupaten Toba.

Bahasa

Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli.

Pesisir timur seperti wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek “o” begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam.

Bahasa Melayu Asahan memiliki ciri khas yaitu pengucapan huruf R yang berbeda daripada Bahasa Melayu Deli contoh kata “cari” dibaca “caghi” dan kereta dibaca “kegheto”.

Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek “e” yang sering juga disebut Bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari.

Baca juga tempat menarik di pulau samosir

Terima kasih telah membaca Artikel di atas, semoga kita di berikan kesehatan di mana saja pun kita berada.

Tour Medan Danau Toba

Tour Medan Danau Toba dengan suasana Pesona yang tidak bisa di lupakan bagi kamu pecinta Alam.

Tour Medan Danau Toba

Objek Wisata Tidak Boleh Terlewatkan Saat Tour Medan Danau Toba

Sebenarnya ada banyak sekali paket tour Medan Danau Toba yang sering ditawarkan oleh beberapa travel agent. Namun, sebagai calon konsumen anda harus memiliki dengan pintar dalam memiliki objek wisata yang ingin dikunjungi. Di Sumatera Utara ada satu kabupaten yang memiliki potensi sangat besar di bidang wisata yaitu Samosir. Dan berikut adalah beberapa objek wisata yang tidak boleh dilewatkan selama ada di Medan diantaranya :

Tour Danau Toba Nan Indah 

Danau Toba adalah salah satu danau yang dibentuk karena tekto vulkanik yang memiliki ukuran panjang kurang lebih 100 km dan lebar 30 km. Danau ini memiliki view yang sangat mempesona untuk siapapun yang melihatnya.

Merupakan salah satu danau terbesar yang ada di Indonesia. Dan jika bicara mengenai keindahan dari Danau Toba ini memang sangat sulit jika hanya diungkapkan dengan kata – kata karena danau ini memang memiliki pemandangan yang sangat indah. Bisa dikatakan jika Danau Toba adalah salah satu danau yang menjadi lukisan alam yang sangat menakjubkan.

Untuk anda yang berencana akan datang ke Danau Toba, anda tidak akan rugi karena sebenarnya ini adalah danau terbesar kedua di Asia dengan luas kurang lebih 1.130 km persegi. Dan sebagai informasi tambahan, danau ini juga terbentuk sejak 75 ribu tahun karena letusan dari Gunung Merapi.

Uniknya, danau ini memiliki pemandangan yang sangat indah karena memiliki perbukitan yang hijau dan air sangat jernih merupakan pemandangan yang sangat menakjubkan untuk anda pandang.

“Danau Di Atas Danau” Ke Danau Aek Natonang

Saat anda memilih Paket Tour Danau Toba maka anda akan mendapatkan bonus liburan ke destinasi Danau Aek Natonang. Karena danau ini adalah bagian dari Kaldera Toba. Ukurannya hanya sekitar 105 ha namun memiliki banyak sekali manfaat untuk penduduk lokal dan juga para penumpang yang berdatangan. Wisatawan dan warga lokal sering menyebut danau ini dengan sebutan “danau di atas danau”.

Ada hal unik yang akan anda rasakan jika anda sudah ada di danau ini. Salah satunya anda akan merasa udara segar dan suasana yang sangat nyaman dari tempat ini. Danau ini memiliki aliran air yang sangat jernih dan pemandangan alam rumput yang luas. Selain itu, anda juga akan bisa melihat pemandangan indah dari bukit dan pohon pinus yang ada di didekatnya.

Selain itu, anda juga bisa mengamati rutinitas petani dan masyarakat lokal seharian dari tempat ini. ini adalah pemandangan yang sangat jarang untuk anda dapatkan.

Tampilan Memukau Dari Air Terjun Simangande

Lokasi dari objek wisata ini ada di Samosir. Danau Toba memang memiliki banyak sekali destinasi alam yang sangat memukau dan salah satunya adalah Air Terjun Simangande ini.

Air terjun ini memiliki ketinggian hingga 500 meter, hal unik dari air terjun ini adalah bagian dinding air terjun terbuat dari bebatuan namun memiliki bentuk hati.

Hal inilah yang akhirnya membuat banyak sekali wisatawan baik asing maupun lokal sering menyebutkannya sebagai batu Air Terjun Cinta.Jadi apakah anda tertarik untuk mengunjungi Medan dan berkunjung ke destinasi diatas. Jika demikian, anda juga tidak harus khawatir untuk harganya.

Karena Murah sehingga anda bisa memilih sesuaikan dengan budget anda. Untuk itu, percayakan Sentosa Wisata untuk membantu anda mengatur perjalanan anda selama liburan ke Danau Toba.