Cerita Rakyat Medan Putri-Hijau

Berikut Cerita Rakyat Medan Putri-Hijau ; Suatu hari di Kesultanan Deli hiduplah seorang raja yang memiliki tiga orang anak, yaitu Mambang Yazid, Mambang Khayali, dan Putri Hijau.

Cerita Rakyat Medan Putri-Hijau

Cerita Rakyat Medan Putri-Hijau

Sultan Deli merupakan pemimpin yang adil dan bijaksana, tetapi karena umurnya yang semakin lama semakin tua, akhirnya Sultan Deli terserang penyakit yang tidak diketahui apa sebenarnya penyakit Sultan Deli ini. Di akhir hayatnya, Sultan Deli memanggil ketiga orang anaknya untuk menyampaikan wasiat terakhirnya.

Putri  Hijau tidak bisa menahan tangis melihat ayahnya yang sudah sangat tidak berdaya. Ayahnya menyampaikan pesan agar mereka bertiga tetap menjaga satu sama lain dan menjadi kesatuan. Singkat cerita akhirnya sang Sultan Deli menghembuskan napas terakhirnya.

Ikhlas kepergian ayahanda

Akhirnya kerajaan diambil alih oleh anak pertama sang Sultan, yaitu Mambang Yazid. Sang sultan baru itu pun menjadi pemimpin yang sangat adil dan bijaksana, sama seperti ayahnya.

Ketika sedang merasa tinggi hati, Mambang Yazid selalu mengingat pantun yang sering dilantunkan ayahnya: Bunga Kenanga di atas kubur. Pucuk cari pandan jawa. Apa guna sombong dan takabur? Rusak hati, badan binasa. Air melurup ke tepian mandi. Kembang berseri bunga senduduk. Elok diturut resmi padi.

Semakin berisi, semakin merunduk. Di tengah kesibukan memimpin kerajaannya, Mambang Yazid juga tidak lupa untuk memberikan kasih sayang kepada adik-adiknya yang harus menjadi yatim piatu, akhirnya berkat kasih sayang Mambang Yazid, perlahan lahan adiknya sudah tidak merasakan kesedihan lagi.

Putri Hijau yang paling terpukul telah pula ikhlas kepergian ayahanda. Dia sadar dunia ini hanya sementara. Semua punya batas, termasuk usia. Maka, dia berpikir akan memanfaatkan setiap waktu ada untuk menanam kebaikan.  Putri Hijau kian matang.  

Cahaya hijau – Cerita Rakyat Medan Putri-Hijau

Keindahan wajah dan tubuh, berpadu dengan kematangan jiwa, melahirkan pesona yang tiada tara.  Tidak sekali dua kali pula dia membantu Mambang Yazid dalam mencari jalan keluar dari masalah yang melanda Kerajaan. Jawaban yang diberikan Putri Hijau selalu tepat dalam mengatasi setiap masalah.

Dia pun jadi pujaan rakyatnya.  Apalagi kian hari kecantikannya kian bercahaya. Bahkan setiap menjelang senja, saat dia merenung dan berdoa di taman belakang istana, tubuhnya memancarkan bercahaya hijau. Cahaya hijau itu seolah memanjat udara, menembus awan, dan berpendar-pendar di langit paling jauh.

Cahaya ini yang mengundang keheranan seorang Raja Aceh, dia bingung melihat cahaya hijau di langit dan memerintahkan para menterinya untuk mencari tahu darimana asal cahaya hijau itu. Akhirnya para menteri pun bersiap untuk mencari darimana asal cahaya itu.

Singkat cerita mereka berhasil mendapatkan info tentang cahaya hijau itu dari beberapa masyarakat Deli, dan segera bergegas untuk pulang ke Aceh dan memberikan info itu kepada Sultan Aceh. Tak lama kemudian Sultan Aceh pun kembali memerintahkan untuk kembali menghadap ke Kesultanan Deli dengan membawa perhiasan yang sebenarnya memiliki tujuan untuk meminang Putri Hijau.

Belum siap untuk menjadi seorang istri dari Sultan Aceh

Sesampai disana mereka disambut hangat dan para menteri akhirnya menyampaikan pesan dari Sultan Aceh yang mana ingin meminang adik Mambang Yazid yaitu Putri Hijau.  Setelah itu Mambang Yazid akhirnya menanyakan kepada sang adik, apakah ingin menerima tawaran dari Sultan Aceh? Lalu sang adik menjawab dengan sangat ragu ragu, kalau dia belum siap untuk menjadi seorang istri dari Sultan Aceh.

Mambang Yazid pun akhirnya memberitahukan keputusan sang adik kepada para menteri Sultan Aceh, akhirnya mereka pulang dan menteri pun menyampaikan apa yang di sampaikan oleh Sultan Deli. Sultan Aceh marah dan merasa terhina karena penolakan yang telah dilakukan oleh Sultan Deli.

Dia pun akhirnya memerintahkan para menterinya untuk bersiap menyerang Kesultanan Deli.  Singkat cerita akhirnya terjadilah peperangan yang berlangsung selama berhari hari. Sultan Deli akhirnya menyampaikan pesan kepada adiknya jika nanti akhirnya tertangkap dan harus ikut bersama Sultan Aceh.  “Jangan sedih, Dinda. Kanda akan tetap menjaga sebagaimana pesan Ayahanda.  Dengar baik-baik pesan Kanda.

Bila Raja Aceh itu menawan Adinda,  mintalah padanya keranda kaca. Berbaringlah Dinda di dalamnya selama pelayaran dari ke Aceh. Lantas, sebelum kapal kalian sampai ke Aceh, mintalah kepada Raja Aceh, agar setiap rakyatnya melemparkan sebutir telur dan segenggam bertih ke laut. Itu saja. Semoga kita dapat berjumpa kembali,” ujar Sultan Deli kepada adiknya.

Terpana melihat keindahan Putri Hijau

Setelah menyampaikan pesan tersebut, Mambang Yazid pun memeluk kedua adiknya. Setelah itu, dia pun terjun ke tengah pertempuran lalu menghilang.  Sedangkan Mambang Khayali menjelma menjadi meriam yang tak henti-hentinya menembaki prajurit Aceh.  Berjatuhan prajurit Aceh. Namun jumlah mereka amat banyak.

Daya meriam kian habis dan kikis hingga akhirnya larasnya patah, terpental kuat ke udara. Tinggal Putri Hijau di kamar istana berusaha menahan tangis.  Pada saat itu, masuklah Raja Aceh. Dia terpana melihat keindahan Putri Hijau. Kesedihan bahkan menambah daya tarik Putri Hijau.

Ada degup kencang di dalam dada Raja Aceh. Yang bayang-bayangkannya kini ada di depan mata. Kemolekan Putri Hijau lebih daripada yang dibayangkannya. Raja Aceh seolah tersihir oleh kecantikan Putri Hijau. Putri Hijau melihat keterpesonaan Raja Aceh terhadap dirinya.

Pada saat itu pula dia menyampaikan permintaan sesuai dengan pesan Mambang Yazid. Akhirnya sang Sultan Aceh pun bersedia untuk memenuhi permintaan Putri Hijau. Singkat cerita mereka akhirnya memenuhi semua kemauan Putri Hijau, Sambil menangis dia pun berseru, “Wahai Kakanda Mambang Yazid, Raja Nan Sakti, Pemegang Janji Paling Teruji,  datanglah. Jemputlah Adinda. Jika Kakanda tak datang, lebih baik Adinda binasa!” Beberapa saat kemudian akhirnya muncul Naga dari dalam lautan dan memporak-porandakan semua dan hanya menyisakan Putri Hijau yang berada di dalam keranda kaca.

Baca juga : Sekilas tentang Istana Maimoon

Akhirnya naga ini pun membawa Putri Hijau ke dasar lautan dan seketika naga itu pun berubah menjadi seorang Mambang Yazid.  “Di sinilah istanamu sekarang, Adinda. Berbahagia di sini sampai kiamat tiba. Bila rindu, panggil saja Kanda. Kita akan bertemu lagi,” ujar Mambang Yazid lalu kembali menghilang dari pandangan Putri Hijau.

Mambang Yazid sempat kembali Deli Tua untuk menemui adiknya,  Mambang Khayali yang telah berubah kembali menjadi manusia. Dia jugalah yang memberi izin kepada Mambang Khayali bertapa di Gunung Sibayak dan tetap meninggalkan meriam puntung di Tanah Deli. Menurut cerita orang-orang dulu, setelah bertemu dengan kedua adiknya, Mambang Yazid  yang sakti itu berdiam di Selat Malaka.

Terima kasih telah membaca Artikel di atas dan semoga kita di berikan kesehatan di mana saja pun kita berada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *