Sekilas Tentang Kota Medan

Sekilas Tentang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Surabaya serta kota terbesar di luar pulau Jawa. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia.

Sekilas Tentang Kota Medan

Akses dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api. Medan adalah kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan bandara dengan kereta api. Berbatasan dengan Selat Malaka, Medan menjadi kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia. Pada tahun 2020, kota Medan memiliki penduduk sebanyak 2.435.252 jiwa, dan kepadatan penduduk 9.522,22 jiwa/km2.

Sejarah Medan berawal dari sebuah kampung yang didirikan oleh Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura. Hari jadi Kota Medan ditetapkan pada 1 Juli 1590. Selanjutnya pada tahun 1632, Medan dijadikan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, sebuah kerajaan Melayu. Bangsa Eropa mulai menemukan Medan sejak kedatangan John Anderson dari Inggris pada tahun 1823.

Karesidenan Sumatra Timur

Peradaban di Medan terus berkembang hingga Pemerintah Hindia Belanda memberikan status kota pada 1 April 1909 dan menjadikannya pusat pemerintahan Karesidenan Sumatra Timur. Memasuki abad ke-20, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.

Menurut Bappenas, Medan adalah salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Medan adalah kota multietnis yang penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda.

Selain Melayu dan Karo sebagai penghuni awal, Medan didominasi oleh etnis Jawa, Batak, Tionghoa, Minangkabau, Mandailing, dan India. Mayoritas penduduk Medan bekerja di sektor perdagangan, sehingga banyak ditemukan ruko di berbagai sudut kota. Di samping kantor-kantor pemerintah provinsi, di Medan juga terdapat kantor-kantor konsulat dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan Jerman.

Sejarah – Sekilas Tentang Kota Medan

Medan berasal dari kata bahasa Tamil Maidhan atau Maidhanam, yang berarti tanah lapang atau tempat yang luas, yang kemudian teradopsi ke Bahasa Melayu.

Hari jadi Kota Medan diperingati tiap tahun sejak tahun 1970 yang pada mulanya ditetapkan pada tanggal 1 April 1909. Tanggal ini kemudian mendapat bantahan yang cukup keras dari kalangan pers dan beberapa ahli sejarah. Karena itu, Wali kota membentuk panitia sejarah hari jadi Kota Medan untuk melakukan penelitian dan penyelidikan.

Surat Keputusan Wali kotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No. 342 tanggal 25 Mei 1971 yang waktu itu dijabat oleh Drs. Sjoerkani membentuk Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Medan. Duduk sebagai Ketua adalah Prof. Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA, Anggotanya antara lain Ny. Mariam Darus, SH dan T.Luckman, SH.

Untuk lebih mengintensifkan kegiatan kepanitiaan ini dikeluarkan lagi Surat Keputusan Wali kotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No.618 tanggal 28 Oktober 1971 tentang Pembentukan Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan dengan Ketuanya Prof.Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA dan Anggotanya H. Mohammad Said, Dada Meuraxa, Letkol. Nas Sebayang, Nasir Tim Sutannaga, M.Solly Lubis, SH, Drs. Payung Bangun, MA dan R. Muslim Akbar.

DPRD Medan sepenuhnya mendukung kegiatan kepanitiaan ini sehingga merekapun membentuk Pansus dengan ketua M.A. Harahap, beranggotakan antara lain Drs. M.Hasan Ginting, Djanius Djamin, Badar Kamil, BA dan Mas Sutarjo.

Dalam buku The History of Medan tulisan Tengku Luckman Sinar (1991), dituliskan bahwa menurut “Hikayat Aceh”, Medan sebagai pelabuhan telah ada pada tahun 1590, dan sempat dihancurkan selama serangan Sultan Aceh Alauddin Saidi Mukammil kepada Raja Haru yang berkuasa di situ. Serangan serupa dilakukan Sultan Iskandar Muda tahun 1613, terhadap Kesultanan Deli.

Rumah Datuk Hamparan Perak

Sejak akhir abad ke-16, nama Haru berubah menjadi Ghuri, dan akhirnya pada awal abad ke-17 menjadi Deli. Pertempuran terus-menerus antara Haru dengan Aceh mengakibatkan penduduk Haru jauh berkurang. Sebagai daerah taklukan, banyak warganya yang dipindahkan ke Aceh untuk dijadikan pekerja kasar.

Selain dengan Aceh, Kerajaan Haru yang makmur ini juga tercatat sering terlibat pertempuran dengan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka dan juga dengan kerajaan dari Jawa. Serangan dari Pulau Jawa ini antara lain tercatat dalam kitab Pararaton yang dikenal dengan Ekspedisi Pamalayu. Dalam Negarakertagama, Mpu Prapanca juga menuliskan bahwa selain Pane (Panai), Majapahit juga menaklukkan Kampe (Kampai) dan Harw (Haru).

Berkurangnya penduduk daerah pantai timur Sumatra akibat berbagai perang ini, lalu diikuti dengan mulai mengalirnya suku-suku dari dataran tinggi pedalaman turun ke pesisir pantai timur Sumatra. Suku Karo bermigrasi ke daerah pantai Langkat, Serdang, dan Deli. Suku Simalungun ke daerah pantai Batubara dan Asahan, serta suku Mandailing ke daerah pantai Kualuh, Kota Pinang, Panai, dan Bilah.

Dalam Riwayat Hamparan Perak yang dokumen aslinya ditulis dalam huruf Karo pada rangkaian bilah bambu, tercatat Guru Patimpus Sembiring Pelawi, tokoh masyarakat Karo, sebagai orang yang pertama kali membuka “desa” yang diberi nama Medan. Namun, naskah asli Riwayat Hamparan Perak yang tersimpan di rumah Datuk Hamparan Perak terakhir telah hangus terbakar ketika terjadi “kerusuhan sosial”, tepatnya tanggal 4 Maret 1946. Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita, pemimpin Karo yang tinggal di Kampung Pekan (Pakan).

Guru Patimpus – Sekilas Tentang Kota Medan

Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik, sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus. Antara tahun 1614-1630 Masehi, ia belajar agama Islam dan di-Islamkan oleh Datuk Kota Bangun, setelah kalah dalam adu kesaktian. Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan, pemimpin daerah yang sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli. Dia pun lalu memimpin desa tersebut.

Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590 kemudian dipandang sebagai pembuka sebuah kampung yang bernama Medan Puteri walaupun sangat minim data tentang Guru Patimpus sebagai pendiri Kota Medan. Karenanya hari jadi ditetapkan berdasarkan perkiraan tanggal 1 Juli 1590 dan diusulkan kepada Wali kota Medan untuk dijadikan sebagai hari jadi Medan dalam bentuk perkampungan, yang kemudian dibawa ke Sidang DPRD Tk.II Medan untuk disahkan.

 Kesultanan Deli – Sekilas Tentang Kota Medan

Berdasarkan Sidang DPRD tanggal 10 Januari 1973 ditetapkan bahwa usul tersebut dapat disempurnakan. Sesuai dengan sidang DPRD, Wali kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Medan mengeluarkan Surat Keputusan No.74 tanggal 14 Februari 1973 agar Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan melanjutkan kegiatannya untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna.

Berdasarkan perumusan yang dilakukan oleh Pansus Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh M.A.Harahap bulan Maret 1975 bahwa tanggal 1 Juli 1590. Secara resmi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk.II Medan menetapkan tanggal 1 Juli 1590 sebagai Hari Jadi Kota Medan dan mencabut Hari Ulang Tahun Kota Medan yang diperingati tanggal 1 April setiap tahunnya pada waktu sebelumnya.

Di Kota Medan juga menjadi pusat Kesultanan Melayu Deli, yang sebelumnya adalah Kerajaan Aru. Kesultanan Deli adalah sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di wilayah bernama Tanah Deli (kini Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Indonesia).

John Anderson, orang Eropa asal Inggris yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Raja Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai.

Sekilas Tentang Kota Medan

Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya menjadi ibu kota Karesidenan Sumatra Timur sekaligus ibu kota Kesultanan Deli. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra Melayu, dan seorang Tionghoa.

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan.

Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing, dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan ulama.

Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha pada tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

Demografi – Sekilas Tentang Kota Medan

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter.

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Bersama kawasan metropolitannya (Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang) penduduk Medan mencapai 4.144.583 jiwa. Dengan demikian Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatra dan keempat di Indonesia.

Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk). Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah sebesar 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung.

Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Suku bangsa – Sekilas Tentang Kota Medan

Kota Medan memiliki beragam etnis atau suku bangsa dengan mayoritas penduduk beretnis Batak, Jawa, Tionghoa, dan Minangkabau. Adapun etnis aslinya adalah Melayu dan Suku Karo bagian Jahe atau pesisir.

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jalan Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India.

Secara persentasi, Kota Medan didominasi oleh suku bangsa Batak, yang meliputi Batak Toba, Angkola, Mandailing, Karo, Simalungun dan Pakpak. Penduduk kota Medan berdasarkan suku bangsa tahun 2000 yakni Batak sebanyak 33,70% (Batak Toba 19,21%; Angkola.

Mandailing 9,36%; Karo 4,10%; Simalungun 0,69%; Pakpak 0,34%). Kemudian suku Jawa sebanyak 33,03%, diikuti Tionghoa sebanyak 10,65%, kemudian Minangkabau sebanyak 8,60%, Melayu 6,59%, Aceh 2,78%, Nias sebanyak 0,69%, dan suku lainnya 3,96%.

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni oleh 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang keturunan Eropa, 35.009 orang Indonesia, 8.269 keturunan Tionghoa, dan 139 berasal dari ras Timur lainnya.

Agama – Sekilas Tentang Kota Medan

Selain multi etnis, kota Medan juga dikenal dengan kota yang beragam agama. Meskipun demikian, warga kota Medan tetap menjaga perdamaian dan kerukunan meskipun berbeda keyakinan. Berdasarkan data sensus Kota Medan tahun 2018 menunjukan bahwa mayoritas penduduk menganut agama Islam 64,35%, kemudian Kristen Protestan 20,99%, Buddha 8,27%, Katolik 5,11%, Hindu 1,04% dan Konghucu 0,06%.

Agama di Kota Medan
AgamaPersen
Islam  64.35%
Protestan  20.99%
Buddha  8.27%
Katolik  5.11%
Hindu  1.04%
Konghucu  0.06%

Agama utama di Kota Medan berdasarkan etnis adalah:
  • Islam. terutama dipeluk oleh orang Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Arab, Mandailing, Angkola, sebagian lagi orang Karo, Simalungun, Pakpak, dan Tionghoa. Beberapa masjid yang ada di Kota Medan adalah Masjid Al Osmani di Medan Labuhan, Masjid Raya Al Mashun Medan, Masjid Agung Sumatra Utara Medan, Masjid Lama Gang Bengkok Medan dan lainnya.
  • Kristen (Protestan dan Katolik), terutama dipeluk oleh suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias, dan sebagian suku Angkola dan Tionghoa. Beberapa gereja yang ada diantaranya, gereja HKBP, Methodist, Graha Bunda Maria Annai Velangkanni, GBKP, GKPS, GKPA, GKPPD, GKPI, GBI, GPIB, GKII, GPdI, Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB), Katedral Roma, Gereja Mawar Sharon, Gereja Tuhan dan Balai Kerajaan Saksi-saksi Yehuwa.
  • Hindu, terutama dipeluk oleh orang Tamil atau suku India, dan Bali. Beberapa kuil atau pura yang ada di Kota Medan ialah Pura Agung Raksa Buana di Polonia, Kuil Shri Mariamman, Kuil shri muniswaren, dan Kuil Shri Mahasinggama Kaliamman Polonia
  • Buddha dan Konghucu terutama dipeluk oleh orang Tionghoa. B

Sekilas Sejarah Raja Sidabutar

Sekilas Sejarah Raja Sidabutar – Kabupaten Samosir dikenal dengan banyaknya bukti peninggalan sejarah, salah satunya terdapat di Desa Ambarita kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, yaitu kuburan batu Raja Sidabutar.

Sekilas Sejarah Raja Sidabutar

Desa Ambarita menjadi satu tempat wisata sejarah yang wajib dikunjungi karena kaya akan peninggalan sejarah di masa kepemimpinan Raja Sidabutar, tokoh yang dipercaya menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Samosir.

Sekilas Sejarah Raja Sidabutar

Di sana wisatawan bisa melihat dari dekat makam Raja Sidabutar, sang penguasa Pulau Samosir.

Sekaligus mendengar kisah tentang Raja Sidabutar yang sangat terkenal memiliki kesaktian.

Ambar Silalahi, penduduk sekitar menuturkan, konon Sidabutar adalah raja yang sakti dan kuat.

Kesaktiannya pun diyakini datang dari rambutnya yang panjang dan gimbal.

Rambutnya dipangkas maka kesaktiannya bakal hilang

“Jika rambutnya dipangkas maka kesaktiannya bakal hilang, oleh sebab itu beliau konon sangat menjaga rambutnya,” katanya.

Uniknya, kata dia, Raja Sidabutar mempersiapkan makamnya sendiri dengan memanggil tukang pahat yang ada di Pulau Samosir.

“Pembuatan makam Raja Sidabutar dilakukan upacara khusus. Kalau makam biasanya berhiaskan nisan, berbeda dengan makam Raja Sidabutar ini yang dihiasi simbol. Ada gambar ukiran kepala yang besar melambangkan Raja Sidabutar, sedangkan ukiran kepala yang ada di ujung satunya dengan ukuran yang lebih kecil menunjukkan permaisuri, Boru Damanik,” katanya.

Keturunan Raja Sidabutar

“Sedangkan ukiran lelaki yang berada di bawah kepala raja adalah Panglima Guru Saung Lang Meraji.”

Selain Raja Sidabutar, ada juga makam para keturunannya dan ajudan.

Makam batu tertata sangat rapi, warna merah, hitam dan putih menjadi ornamen utama yang mewarnai hampir seluruh area pekuburan.

Ia menuturkan makam Raja Sidabutar merupakan makam yang terbuat dari batu utuh tanpa persambungan yang dipahat.

Makam batu ini juga tidak dikuburkan di dalam tanah, melainkan diletakkan di permukaan tanah.

“Memasuki wilayah pekuburan juga harus mengenakan ulos.

Wisatawan boleh meletakkannya di bahu,” ujarnya.

Seorang wisatawan, Maulita menuturkan tertarik mengunjungi makam batu Raja Sidabutar setelah direkomendasikan oleh temannya.

Menurutnya, makam tersebut sangat unik karena seperti prasasti.

Uniknya lagi makam Raja Sidabutar sendiri merupakan makam terbesar di kompleks ini dan sudah berumur sekitar lebih dari 460 tahun.

Raja Sidabutar wafat pada 1544

“Sebelum memasuki makam, pengunjung harus mengenakan ulos. Ketentuan ini berlaku semenjak Raja Sidabutar wafat pada 1544. Menurut kepercayaan masyarakat setempat kata pemandu, bila hal ini dilanggar, maka pengunjung yang melanggar akan didatangi Raja Sidabutar di dalam mimpi,” katanya.

Menurutnya, wisata sejarah makam Raja Sidabutar menjadi wisata sejarah yang tidak boleh terlewatkan bagi wisatawan yang tertarik pada sejarah.

Terima kasih telah membaca artikel di atas

Baca juga : Itinerary Wisata lainnya

Kisah Meriam-Buntung Istana Maimoon

Kisah Meriam-Buntung Istana Maimoon – Di halaman Istana Maimun tersimpan benda peninggalan sejarah yang unik, yaitu Meriam Puntung. Ada kisah menarik di balik meriam yang pecah jadi 2 bagian ini.

Kisah Meriam-Buntung Istana Maimoon

Kalau berkunjung ke Istana Maimun di depan, tepat di sisi kanan halaman istana ada bangunan berbentuk Rumah Adat Karo. Ternyata bangunan itu bukanlah bangunan biasa, sebab di dalamnya berisi peninggalan sejarah yang begitu unik.

Di dalam bangunan rumah-rumahan itu, tersimpan Meriam Puntung alias Meriam Buntung. Dinamakan seperti itu, karena meriam ini bentuknya buntung alias seperti terpotong tidak sempurna. Konon ada cerita mengapa meriam ini bisa buntung.

Ada 2 versi cerita yang beredar di kalangan masyarakat tentang bagaimana asal muasal meriam ini.

“Dari cerita masyarakat, dulu ada satu kerajaan bernama Aru. Raja Aru punya 3 anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan yang bernama Putri Hijau. Kerajaan ini susah ditaklukkan. Dipilihlah cara persuasif dengan perkawinan, namun ditolak. Akhirnya terjadi perang

saat perang terjadi antara Kerajaan Aru dan Kerajaan Aceh, meriam sakti ini digunakan. Konon, meriam ini adalah penjelmaan dari adik Putri Hijau.

“Meriam ini punya kekuatan gaib, tanpa disulut api bisa meledak. Kenapa meriam ini bisa putus? Saking panasnya, meriam ini pun pecah jadi 2 bagian. Satu bagian terpental di Kabanjahe, Tanah Karo. Satu patahannya lagi ada di halaman Istana Maimun

Sedangkan versi kedua dari cerita ini menyebut bahwa Meriam Puntung adalah simbol keberhasilan Kesultanan Deli dalam menaklukkan Kerajaan Aru.

“Zaman dulu kan apa yang jadi kebanggaan kerajaan yang ditaklukkan dibawa pulang sebagai cinderamata. Ini jadi simbol kejayaan Nenek Moyang Kesultanan Deli

Kerap Terdengar Suara Misterius – Kisah Meriam-Buntung Istana Maimoon

Satu lagi yang menarik dari Meriam Puntung. Dari cerita Mohar, banyak traveler yang mendengar suara misterius yang keluar dari lubang api meriam bila kita menempelkan telinga di lubang itu. Masing-masing orang bisa berbeda-beda suara yang didengar.

“Ada yang bilang suara air terjun. Ada yang bilang suara kuda

Di malam-malam tertentu bahkan ada yang pernah mendengar suara letusan dan jeritan. Karena penasaran, salah satu dari rombongan kami mencoba untuk menempelkan telinga di lubang yang biasanya digunakan untuk menyulut api. Rupanya dia bilang tidak terdengar suara apa-apa.

Terlepas dari kebenaran cerita-cerita tersebut dengan segala mitosnya, yang jelas Meriam Puntung ini jadi peninggalan sejarah yang wajib untuk dilestarikan. Traveler bisa melihatnya bila liburan ke Medan dan mampir ke Istana Maimun.

Masjid Raya Medan Al-Mashun

Masjid Raya Medan Al-Mashun (Aksara Jawi: مسجد راي ميدن) merupakan sebuah masjid yang terletak di Kota Medan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana.

Masjid Raya Medan Al-Mashun

Masjid Raya Medan Al-Mashun

Al-Mashun yang berarti ‘dipelihara’, sesuai namanya hingga kini masih terpelihara dan terawat dengan baik. Tidak heran, karena masjid ini di masa silam merupakan Masjid Negara pada masa jayanya Kesultanan Melayu Deli, yang pada saat ini masuk dalam wilayah Provinsi Sumatra Utara.

Tidak jauh dari Masjid Raya Al-Mashun, kita dapat menyaksikan litana Maimoon, tempat kediaman Sultan Deli. Pembangunan Masjid :tu sendiri dimulai pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909.

Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi sultan ketika itu. Menurut keterangan Raja Muda, Ketua Takmir Masjid Raya Al-Mashun, pembangunan menghabiskan dana sebesar satu juta gulden Belanda.

Seorang arsitek bangsa Belanda

Akan halnya Masjid Raya Al-Mashun, tentu menjadi kebanggaan bagi masyarakat Islam di Medan ketika itu karena masjid ini sangat megah di masa umat Islam di wilayah Nusantara ini masih dijajah bangsa asing. Hingga kini, Masjid Al-Mashun tetap menjadi kebanggaan karena kemegahannya.

Pada masa penjajahan tempo dulu, umat Islam, khususnya di medan, sangat bersyukur sebab wilayah kekuasaan Kesultanan Deli tidak begitu luas sehingga Sultan Maamun Al-Rasyid tetap mampu membangun sebuah masjid yang teramat indah dan megah untuk ukuran masa itu. Sultan Maimoon berprinsip, lebih mengutamakan kemegahan masjid dari pada istananya sendiri.

Untuk membangun masjid yang indah dan megah itu, Sultan “terpaksa” memilih J.A. Tingdeman, seorang arsitek bangsa Belanda, mengingat ketika itu belum ada seorang arsitek bangsa pribumi. Oleh sultan, Tingdeman diberi kepercayaan untuk merancang dan men- dekorasi sehingga Masjid Al-Mashun tampak anggun dipandang Apabila kita masuk ke dalamnya maka kita akan menyaksikan kecantikan dan keindahan Masjid Raya Al-Mashun ini, seperti lantainya terbuat dari marmer Italia dan lampu kristal gantung yang langsung didatangkan dari Prancis.

Situs Sejarah

Kini, Masjid Raya Al-Mashun diketuai oleh Tengku Hamdi Osman Deli Khan atau lebih dikenal dengan julukan Raja Muda. Beliau adalah adik kandung Sultan Azmi Perkasa Alamsyah XII yang menjadi penguasa Istana Maimoon pada saat ini.

Menurut Ketua Umum MUI Medan, K.H. Abd. Aziz Usman yang ikut memberikan penjelasan, dengan berdirinya Masjid Raya Al-Mashun maka terbentuklah sebuah pemukiman baru yang sekarang dikenal aengan nama Kota Maksum, yang letaknya persis di sebelah Masjid Raya Al-Mashun. Berdasarkan catatan sejarah, Kota Maksum tempo dulu merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Deli.

Sebagai tambahan, perlu digarisbawahi bahwa sekarang ini, keberadaan Masjid Raya Al-Mashun, Medan, sepenuhnya ditanggung oleh Bapak H. Bachtiar Djafar, Walikota Kodya Medan, yang kebetulan putra asli daerah Deli. Secara khusus, Masjid Raya Al-Mashun tidak pemah mengalami perubahan karena masjid ini termasuk situs ber- sejarah yang dilindungi undang-undang.

Kini, selain menjadi pusat ibadah kaum muslimin kota Medan, Masjid Raya Al-Mashun ini juga menjadi obyek wisata yang selalu ramai dikunjungi turis domestik (lokal) maupun turis mancanegara.

Terima kasih telah membaca artikel di atas

Baca juga : Itinerary wisata lainnya

Sekilas Pasar Buah Berastagi

Sekilas Pasar Buah Berastagi di tempat ini para pengunjung akan dimanjakan dengan surganya buah dan sayur dari hasil panen pribumi setempat. Tentunya yang akan menjadi mahkota dari pasar ini adalah buah, yakni buah pepino dan kesemek. Keduanya menjadi andalan pasar buah tersebut karena menjadi salah dua buah yang paling diminati oleh pengunjung.

Sekilas Pasar Buah Berastagi

Tidak hanya kaya dengan manfaat bagi tubuh saja, buah tersebut juga sulit untuk dicari di pasar-pasar lainnya. Kemudian, bukan cuma buah-buahan yang menjadi poin utama para wisatawan untuk datang ke pasar ini. Terdapat juga tanaman dan bibit bunga serta suvenir yang unik dan jarang ada di tempat lain. Di tengah pandemi COVID-19, penulis menilai bahwa Pasar Buah Berastagi menjadi salah satu tempat yang ramai dikunjungi oleh wisatawan, terlebih di masa liburan panjang.

Sekilas Pasar Buah Berastagi

Di samping ramainya pengunjung, masa pandemi tak luntur untuk mewajibkan para wisatawan agar tetap menerapkan protokol kesehatan secara optimal yang berada di bawah pengawasan pemerintah Kecamatan Berastagi. Mulai dari setiap kios menyediakan tempat cuci tangan dan hand sanitizer, imbauan untuk menjaga kebersihan, jaga jarak, dan menghindari kerumunan.

Walaupun demikian, Pasar Buah Berastagi menjadi salah satu tempat rekomendasi yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan, khususnya yang ingin mencicipi berbagai rasa manis dari buah-buah yang dijual. Misalnya, markisa, jeruk, melon, anggur, manggis, mangga, dan buah lainnya.

Berastagi juga terkenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang telah dijual ke luar daerah bahkan ke Malaysia dan Singapura. Berastagi memiliki keindahan alam yang memikat, apalagi ada air terjun indah yang akan membuat perjalanan kita semakin mendebarkan. 

Harga buah dan sayur di pasar Berastagi cenderung lebih murah daripada harga di kota Medan. Pasalnya, pedagang di kota Medan dan sekitarnya mengambil buah dan sayur dari kawasan kaki gunung dari sini.

Jagung bakar/rebus – Sado.

Tambahan pula, kalau di Penatapan Berastagi wisatawan bisa menikmati jagung bakar dengan ditemani udara yang sejuk, Pasar Buah Berastagi juga menyediakan sajian yang sama. Namun, kali ini para wisatawan bisa mencicipi jagung bakar atau jagung rebus dengan suasana kelucuan dari binatang jinak, yakni kuda. Tidak hanya itu, wisatawan juga berkesempatan untuk menaiki kereta kuda atau yang biasa warga setempat sebut Sado.

Sado merupakan kereta kuda yang biasanya menjadi ciri khas di Kota Berastagi. Tentunya wisatawan yang ingin berkeliling Kota Berastagi mulai dari Tugu Perjuangan hingga ke Tugu Kol akan dikenakan biaya sebesar Rp75.000 sampai Rp100.000 per sekali putaran. Meski demikian, suasana menaiki Sado dijamin bikin ketagihan. Sebab, kereta kuda tersebut jarang ada di tempat wisata lainnya dan telah menjadi ciri khas Pasar Buah Berastagi dan Taman Mejuah-juah Kota Berastagi.

Sejarah Sekilas Pasar Buah Berastagi

Ada apa dengan Berastagi Pasar Buah? Sejarah Pasar seperti apa rupanya? Pasar buah ini sudah cukup tua yang berumur sekisar 200 tahun. Pada zaman dahulu kala, ini merupakan salah satu pasar yang hanya menjual kebutuhan dan keperluan sehari-hari seperti pasar pada umumnya.

Mengingat Pajak Tarum Ijuk mengganggu keindahan kota berastagi dimana yang seringkali menyebabkan kemacetan lalu lintas.Pajak Tarum Ijuk sendiri dibangun oleh pemerintah karena banyak masyarakat di Berastagi yang memiliki banyak hasil pertanian untuk dijual.

Pada tanggal 18 mei 1984 diresmikan oleh Bupati Karo Drs. Rukun Sembiring. Berastagi Pasar Buah  terus berkembang seperti banyaknya jenis dagangan buah, sayur, dan bunga yang saat ini. Untuk sarana dan prasarananya dari tahun 1984 hingga tahun 2002 terus mengalami peningkatan baik itu kios, rumah makan dan lain sebagainya.

Baca juga : Itinerary Lake Toba Berastagi Medan

Terima kasih telah membaca artikel di atas dan semoga kita di berikan kesehatan di mana saja pun kita berada.

Bukit Simarjarunjung Sumatra Utara

Bukit Simarjarunjung Sumatra Utara dengan Cara lain menikmati keindahan Danau Toba adalah dengan melihatnya dari sudut pandang lain, misalnya dari sudut pandang wisata kekinian yang disuguhkan oleh Bukit Indah Simarjarunjung ini. Nama tempat cantik ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga wisatawan lokal.

Bukit Simarjarunjung Sumatra Utara

Selain tempatnya yang kekinian dengan banyak spot foto, panorama menarik dari Danau Toba pun sulit dielakkan. Lokasinya berada di kawasan yang cukup asri dan asik tentunya untuk dijadikan sebagai destinasi liburan di Kabupaten Simalungun.

Penasaran dengan pesona Bukit Indah Simarjarunjung ini? Simak ulasannya berikut tentang daya tarik, pesona, alamat, rute, harga tiket masuk dan kegiatan menarik yang bisa dilakukan di tempat wisata hits ini.

Cara Asik Menikmati Keindahan Danau Toba

Bukit Simarjarunjung merupakan spot asik untuk melihat sisi lain dari Danau Toba, rasakan indahnya melihat secara langsung Danau Toba dari atas ketinggian. Bukti merupakan gugusan dari Bukit Barisan. Saking indahnya tempat ini Pemerintah pernah menjulukinya sebagai Bali Baru.

Berada di Ketinggian Bukit Simarjarunjung Sumatra Utara

Lokasinya yang berada di perbukitan menjadi daya tarik Bukit Indah, ketinggiannya sampai 1.160 meter di atas permukaan air laut. Dari atas wisatawan bisa melihat jejeran pohon pinus setinggi 5 sampai 7 meter yang juga mengelilingi bukit. Selain keindahan wisatawan bisa secara langsung melihat menara transmisi stasiun televisi milik pemerintah.

Banyak Spot Foto Unik Kekinian

Julukan wisata kekinian tidak hanya karena lokasinya yang berada di ketinggian tetapi karena banyaknya spot foto hits kekinian jaman sekarang. Berbagai spot foto tersebut adalah sepeda gunung yang digantung, Ayunan Gantung, tangan tengadah, flying fox serta masih banyak lagi spot foto menariknya.

Sunset yang Romantis Bukit Simarjarunjung Sumatra Utara

Waktu berkunjung wisatawan biasanya pada sore hari disaat kondisi cuaca sedang bagus. Mengapa? Karena ketika sore hari bisa sekaligus menyaksikan fenomena matahari terbenam yang indah dan juga romantis dari atas pohon.

Bukit Indah Simarjarunjung berada di Provinsi Sumatera Utara, Lokasinya tidak jauh dari Kawasan Danau Toba tepatnya di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Dolok Pardamean. Untuk bisa sampai ke tempat indah ini wisatawan yang berasal dari Medan bisa memilih rute Berastagi kemudian dilanjutkan ke Parapat atau bisa juga ke Samosir.

Kondisi jalur yang harus dilalui untuk bisa sampai ke bukit eksotis ini cukup menguras tenaga. Dibutuhkan kondisi mesin kendaraan yang baik serta kondisi tubuh pengemudi yang prima supaya bisa lancar selama di perjalanan. Jalanan yang berkelok khas perbukitan harus dilewati untuk bisa sampai ditempat cantik ini.

Jalur alternatif untuk sampai ke Bukit Simarjarunjung bisa dilalui dari Parapat dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan saja. Untuk mempermudah wisatawan mencari rute terbaik dari titik awal bisa menggunakan fasilitas peta perjalanan dan GPS.

Kondisi jalur yang harus dilalui untuk bisa sampai ke bukit eksotis ini cukup menguras tenaga. Dibutuhkan kondisi mesin kendaraan yang baik serta kondisi tubuh pengemudi yang prima supaya bisa lancar selama di perjalanan. Jalanan yang berkelok khas perbukitan harus dilewati untuk bisa sampai ditempat cantik ini.

Baca juga : Paket Wisata Itinerary Danau toba – Berastagi – Medan

Terima kasih telah membaca Artikel di atas dan semoga kita di berikan kesehatan di mana saja pun kita berada.

Sekilas Tentang Istana Maimoon

Sekilas Tentang Istana Maimoon adalah sebuah bangunan peninggalan sejarah masa kerajaan melayu Sultan Deli ke- IX yaitu Sultan Ma”moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah, bangunan ini mulai dibangun pada 26 Agustus 1888 dan selesai selama 3 tahun yang sekaligus diresmikan pada tanggal 18 Mei tahun 1891.

Sekilas Tentang Istana Maimoon

Bangunan begitu kokoh dan megah hingga saat ini didesain oleh arsitektur asal Italia yang bernama Ferari. Pembangunan ini menghabiskan dana setara satu juta gulden jika dikurskan dengan mata uang Belanda, konsep arsitekturnya unik, cantik.

Kota Medan Sumatera Utara

Memiliki karakter unsur tradisiononal yang khas Indonesia dengan sentuhan Melayu, baik bentuk maupun ornamennya dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan, antara lain Melayu, Islam, Spanyol, china, India dan Itali. Bangunan ini juga didominasi dengan warna kuning keemasan yang identik dengan etnis Melayu.

Istana ini terletak di Kelurahan Sukaraja kecamatan Medan Maimun jalan Brigjen Katamso
Kota Medan Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada koordinat 3° 30′ – 3° 43′ Lintang Utara dan 98° 35′ – 98° 44′ Bujur Timur. topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.(sumber internet wikipidia)

Bangunan yang didirikan diatas tanah seluas 2.772 m2. Persegi ini dengan dua lantai yang memiliki luasnya 772 m2 dan mempunyai 30 bilik (kamar)yang didalamnya terdapat berbagai macam perabotan dengan gaya Eropa, seperti lemari, kursi dan lampu-lampu Kristal. Bangunan dua lantai ini dibagi menjadi tiga bagian ruangan.

Sekilas Tentang Istana Maimoon

Ruang Utama, sayap kanan  dan sayap kiri. Ruangan Utama atau ruangan induk disebut dengan Balairung Sri yang luasnya 412 m2 ruangan ini biasanya digunakan untuk acara-acara adat kerajaan, menerima tamu ataupun acara penobatan Sultan Deli, ruangan ini dihiasi dengan koleksi peninggalan-peninggalan jaman dahulu seperti senjata tua dan foto-foto keluarga, selain itu pada bagian belakang ada dapur, gudang dan ruangan penjara.

Keunikan perpaduan tradisi Melayu dengan kebudayaan Eropa pada bangunan interiornya. Sedangkan influence Islam dapat terlihat dari bentuk kurva di beberapa bagian atap istana. Kurva yang berbentuk seperti kapal terbalik atau yang kerap dikenal dengan Persia Curve yang sering dijumpai pada bangunan di kawasan Timur Tengah, India, atau Turki.

Saat hendak meninggalkan kompleks istana, perhatian kami tertuju pada sebuah bangunan kecil berbentuk rumah dengan atap bergaya adat Karo di sisi istana tersebut. Rasa penasaran membawa kami memasuki bangunan kecil itu. Di dalamnya kami pun mendapati sebuah meriam yang dikeramatkan dan dikenal dengan sebutan Meriam Puntung.

Hikayat puak Melayu Deli menjabarkan, meriam tersebut merupakan penjelmaan Mambang Khayali, adik Putri Hijau dari Kerajaan Deli Tua. Mambang berubah menjadi meriam saat mempertahankan istana dari serbuan Raja Aceh yang pinangannya ditolak Putri Hijau.

Akibat larasnya yang panas karena dipakai menembak terus-menerus, meriam itu pecah menjadi dua bagian. Ujung meriam diceritakan melayang dan jatuh di Kampung Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Tanah Karo. Sedangkan pecahan satunya lagi disimpan di ruang kecil tempat kami berdiri.

Terima kasih telah membaca Artikel di atas

baca juga : Itinerary Lake toba Berastagi Medan

Cerita-Rakyat Bukit Gundaling Berastagi

Cerita-Rakyat Bukit Gundaling Berastagi merupakan objek wisata yang terdapat di pinggir kota Berastagi, yang terletak kurang lebih 60 km dari kota Medan Jl. Jamin Ginting, Gundaling I, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara 22153 Pemberian nama Gundaling oleh masyarakat sekitar memiliki sejarah tersendiri. Cerita yang merebak di masyarakat berkembang dari lisan ke lisan sehingga menjadi cerita rakyat tersendiri.

Cerita-Rakyat Bukit Gundaling Berastagi

Cerita-Rakyat Bukit Gundaling Berastagi

Awal kisah terbentuknya nama Bukit Gundaling adalah terjadi pada masa sebelum Indonesia merdeka. Di kisahkan bahwa pada zaman dahulu ada seorang pemuda berkebangsaan Inggris yang tinggal di daerah Berastagi sebagai penyebar agama nasrani.

Suatu hari ketika berjalan-jalan di sebuah bukit  dia bertemu dengan seorang gadis yang merupakan penduduk asli daerah tersebut. Gadis itu memiliki paras yang cantik dengan rambut panjang yang terurai, tutur bahasanya sopan dan lembut membuat sang pemuda begitu terpana dengan keelokan sang gadis.

Singkat kata, maka dengan rasa hati-hati dan sedikit ragu pemuda tersebut menyapa sang gadis, Walau bahasa daerah yang ia gunakan masih terlalu kaku. Tak terduga ternyata si gadis membalas sapaan pemuda tersebut walau dengan raut muka malu-malu maka mulailah sang pemuda mengajak sang gadis mengobrol sampai tak terasa waktu telah menjelang sore.

Berikrar menjadi sepasang kekasih

Ketika sang gadis sadar jika waktu telah sore, gadis itu berpamitan kepada pemuda itu untuk pamitan pulang karena orang tuanya sudah menunggu di rumah. Sang pemuda sebenarnya enggan untuk melepaskan sang gadis karena masih ingin berlama-lama dengannya, tapi karena sang  gadis terus memaksa maka dengan berat hati direlakanlah sang gadis untuk pulang.

Sejak kejadian itu sang pemuda selalu teringat dengan sang gadis dan selalu ingin bertemu dengannya, demikian juga halnya dengan si gadis tadi. Tampaknya kedua insan ini telah terkena panah cinta karena setiap hari saling merindukan satu sama lain. Singkat cerita, mereka jadi sering melakukan pertemuan di bukit itu dan akhirnya berikrar menjadi sepasang kekasih.

Setiap hari dari pagi menjelang sore keduanya sering bercengkrama di bukit itu. Bukit tersebut merupakan bukit yang ditumbuhi rimbunan pohon pinus. Ketika telah tersampaikan hasrat hatinya maka berpisahlah keduanya untuk kembali ke rumahnya masing-masing.

Murkanya si orang tua gadis

Orang tua si gadis melihat banyak perubahan pada anak diri gadisnya yang sering melamun dan tersenyum-senyum sendiri. Bahkan sudah sekian lama sang gadis tak pernah lagi mau disuruh untuk pergi ke ladang membantu orang tuanya.

Akhirnya timbul lah kecurigaan dalam hatinya tentang kelakuan anaknya tersebut. Dengan rasa penasaran orang tua si gadis mengikuti kemana perginya si anak secara diam-diam. Betapa terkejutnya orang tua si gadis mengetahui si anak berhubungan denganorang asing dan tak dikenal. Maka murkalah si orangtua tersebut, kemudiandengan paksa membawa anaknya pulang sehingga membuat si pemuda terkejut.

Sejak saat itu sang gadis di kurung orang tuanya di rumah dan tidak diperbolehkan keluar rumah tanpa seizin orang tuanya dan tanpa ditemani saudaranya. Orang tua si gadis berniat menikahkan si gadis dengan sepupu dekatnya. Rencana pernikahan telah dibuat dengan cepat tanpa meminta persetujuan si gadis.

Rasa rindu – Cerita-Rakyat Bukit Gundaling Berastagi

Sementara si gadis setiap harinya selalu dirundung kesedihan dan matanya bengkak karena sering menangis. Dia menangis karena tidak bisa lagi bertemu dengan kekasihnya. Demikian juga dengan sang pemuda selalu resah dan gelisah karena tak bertemu pujaan hatinya.

Dengan di dorong oleh rasa rindu yang menggebu maka nekatlah sang pemuda menemui sang gadis di rumahnya dengan mengendap-endap pada malam hari. Dalam keadaan gelap gulita sang pemuda mendekati kamar sang gadis dan memanggil namanya dengan suara yang lembut dan pelan.

Sebab ia takut ketahuan orang tau si gadis. Ketika sang gadis mengetahui dan mendengar suara kekasihnya maka dengan segera ia membuka jendela kamarnya. Dari jendela kamarnya sang gadis mengatakan kepada pemuda itu bahwa ia dalam masa pingitan dan akan segera di nikahkan dengan sepupu dekatnya. Terkejutlah sang pemuda, lalu menyarankan si gadis untuk kabur bersamanya.

 Malang nasib si gadis

Setelah bersepakat untuk bertemu di bukit tempat mereka biasa bertemu, pulanglah si pemuda ke rumahnya. Pada keesokan harinya pergilah si pemuda ke bukit tempat mereka janji bertemu. Dia menunggu sang gadis dengan perasaan gelisah. Sementara sang gadis berusaha keluar dari rumahnya lewat jendela.

Tapi memang malang nasib si gadis karena masih dalam perjalanan ternyata keluarganya mengetahui niat si gadis lalu memaksanya pulang, dan hari itu juga dia di nikahkan dengan sepupunya.

Sementara sang pemuda sudah gelisah tak menentu menunggu kedatangan sang gadis. Dia berjalan mondar mandir kesana kemari mencari sang gadis sambil berteriak memanggil “darling”, tapi yang ditunggu dan di harapkan tak kunjung tiba. Sang pemuda tak mengetahui jika sang gadis telah menikah dan tak mungkin bertemu dengannya lagi.

Terucaplah kata “good bye darling

Setiap hari yang dilakukannya hanya mondar mandir di bukit tersebut sambil memanggil “darling”. Sehingga pada akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan Berastagi sambil membawa luka hatinya. Sebelum pergi, ia memandangi bukit tempat ia bertemu dengan gadisnya. Maka terucaplah kata “good bye darling” yang artinya “ selamat tinggal sayang”. 

Dia mengucapkan kata-kata itu berulang-ulang sambil teriak sampai bukit tersebut tak kelihatan lagi di pelupuk matanya. Masyarakat sekitar yang tak mengerti apa yang diucapkan sang pemuda karena bahasa yang berbeda mengubah pengucapan “good bye darling” dengan “gundaling”. Sejak saat itu bukit tersebut diberi nama “gundaling”.

Itinerary-4d3n Kolam-Plaruga Medan Lake-toba

Itinerary-4d3n Kolam-Plaruga Medan Lake-toba – Sedikit Adventure di kolam Abadi Plaruga.

Itinerary-4d3n Kolam-Plaruga Medan Lake-toba
Itinerary-4d3n Kolam-Plaruga Medan Lake-toba

Hari 1 – Itinerary-4d3n Kolam-Plaruga Medan Lake-toba

Airpot – lake Toba

Touris guide akan menunggu anda di bandara Kualanamo medan terus menuju ke restoran untuk lunch & sholat.

Perjalanan diteruskan ke lake toba di perjalanan kita berhenti di kedai kacang tumbuk/jajanan khas Siantar (kedai paten) sekali berehat sekejap.

Kemudian di lanjutkan perjalanan ke Aik/bah Damanik boleh mandi sekalian mengambil gambar di dalam Air yang jernih dan kalau ada masa lanjut kebun teh Damanik.

Setelah itu perjalanan diteruskan ke lake Toba, sesampai di sana kita terus dineer & cek in hotel untuk berehat.

Hari 2

Lake toba-Berastagi

Breackfast terus cekout Setelah cekout kita akan pergi ke stasiun kapal feri untuk pergi ke pulau Samosir ,pulau yang di tengah Lake Toba untuk mengunjungi patung menari Sigale-gale, musium Batak, makam batu raja Sidabutar & melihat sovenier2 di pulau & terus lanch, sholat.

Setelah itu perjalanan akan di teruskan ke Berastagi, di perjalanan kita akan berhenti di bukit Simarjarunjung, air terjun sipiso- piso, kebun limau yang boleh petik sendiri, setelah itu perjalanan di teruskan ke Berastagi terus cekin hotel.

Pada malam harinya kita akan keluar untuk dineer di restoran tepatan, balik hotel dan rehat.

Hari 3

City tour Berastagi dan hotspring

Setelah breakfast kita terus pergi dimana tempat yang paling tinggi di Berastagi yang namanya bukit Gundaling, dari situ kita bisa lihat dua gunung berapi yaitu gunung Sinabung & gunung Sibayak.

Setelah itu kita pergi ke pasar tradisional Berastagi untuk membeli sovenier2,makan jagung bakar/rebus, beli buah, naik kuda(bayar sendiri).

Lanjut kita akan ke restoran untuk lunch & sholat, balik hotel sekejap untuk mempersiapkan perlengkapan mandi kolam air panas atau air belerang (hotspring) setelah itu balik hotel dineer dan rehat.

Saran dari kami ke tempat pemandian atau hot spring malam hari atau setelah sholat isya

Hari 4 – Itinerary-4d3n Kolam-Plaruga Medan Lake-toba

Berastagi-Kolam abadi palaruga dan air terjun tero- tero -Bandar Medan.

Setelah breakfast kita akan terus pergi ke pemandian kolam abadi palaruga dan air terjun tero², disitu kita akan menikmati pemandian air yang sangat bersih dan sejuk, di situ kita boleh lompat terjun dan body rafting yang di temani pandu lokal.

Di kolam Abadi biasanya 3/4 jam Airnya memang jernih dan di antara aktivitas di situ melawan arus Air dengan di tengah hutan.

Petang nya kita akan terus betolak ke bandar Medan, sesampai Medan kita pergi pasar malam teladan square, dineer, cekin hotel & rehat.

Hari 5

Breackfas terus cekout
Setelah cek out kita akan melawat masjid tertua di medan yaitu masjid raya dan istana Maimon (istana kebesaran Melayu).

Lanjut pergi ke gedung kain & telekung, shoping komplek Medan mol & terus diantar ke Airport untuk pulang ke negara/kota nya masing2 Tour berakhir.

Setiap lawatan tersebut tergantung dengan masa yang kita punya.

Hotel dan harga / pax dengan mata uang Indonesia [ IDR ]
Hotel02 – 03 / pax04 – 05 / pax06 – 07 / pax08 – 09 / pax10 – 15 / pax
IDR/ rupiah indonesiaIDR/ rupiah indonesiaIDR/ rupiah indonesiaIDR/ rupiah indonesiaIDR/ rupiah indonesia
A1N – Atsari Hotel parapat | Patra comform parapat 3 star.

1N – Green Garden Hotel Berastagi | Rudang Hotel Berastagi 3 star.

1N – Samosir cottage hotel resort 4 star.

1N – Grand Impression Hotel Medan 3 star | …..
rp : 4,090,000rp : 3,950,000rp : 3,770,000rp : 3,340,000rp : 2,940,000
B1N – Atsari Hotel parapat 3 star.

1N – Sinabung Hotel Berastagi | Sibayak Hotel Berastagi 4 star.

1N – Samosir cottage resort 4 star.

1N – Swiss Bell In Gm Hotel Medan | Polonia Hotel Medan 4 star.
rp : 4,720,000rp : 4,490,000rp : 4,270,000rp : 3,960,000rp : 3,540,000
C1N – Atsari Hotel Parapat 3 star.

1N – Mikie Holiday Hotel Berastagi 4 star.

1N – Samosir cottage resort 4 star.

1N – Grand Mercure Hotel | Arya Duta Hotel Medan 5 star.
rp : 4,900,000rp : 4,720,000rp : 4,450,000rp : 4,090,000rp : 3,800,000

Baca juga di : Itinerary lainnya

Hotel dan harga / pax dan mata uang Malaysia [ MYR ]
Hotel02 – 03 / pax04 – 05 / pax06 – 07 / pax08 – 09 / pax10 – 15 / pax
MYR/ ringgit malaysiaMYR/ ringgit malaysiaMYR/ ringgit malaysiaMYR/ ringgit malaysiaMYR/ ringgit malaysia
A1N – Atsari Hotel parapat | Patra comform parapat 3 star.

1N – Green Garden Hotel Berastagi | Rudang Hotel Berastagi 3 star.

1N – Samosir cottage hotel resort 4 star.

1N – Grand Impression Hotel Medan 3 star | …..
1,069.20 : rm950.28 : rm900.02 : rm 875.21 : rm 800.86 : rm
B
1N – Atsari Hotel parapat 3 star.

1N – Sinabung Hotel Berastagi | Sibayak Hotel Berastagi 4 star.

1N – Samosir cottage resort 4 star.

1N – Swiss Bell In Gm Hotel Medan | Polonia Hotel Medan 4 star.
1,296.51 : rm1,228.24 : rm1,163.16 : rm1,071.45 : rm1,047.21 : rm
C
1N – Atsari Hotel Parapat 3 star.

1N – Mikie Holiday Hotel Berastagi 4 star.

1N – Samosir cottage resort 4 star.

1N – Grand Mercure Hotel | Arya Duta Hotel Medan 5 star.
1,449.52 : rm1,396.28 : rm1,316.41 : rm1,209.79 : rm1,124.01 : rm

Harga pekej termasuk
  • Hotel 4 malam.
  • Meal: 4 kali lunch ,4 kali dineer,4 kali breackfas di hotel.
  • Transport.
  • Driver/tour guide.
  • Minyak.
  • Parking.
  • Feri ke pulau Samosir pergi dan pulang.
  • Tiket masuk kolam air panas ( hotspring ).
  • Tiket masuk kolam abadi palaruga beserta guide lokal.

PAKET TOUR TIDAK TERMASUK:

  • Tiket pesawat
  • Airport tax
  • Optional tour
  • Personal exspense
  • Tipping Driver merangkap Guide
  • Travel Ansuransi

Catatan:

  • Harga ini hanya berlaku untuk periode low season, tidak berlaku untuk musim liburan seperti Hari Raya Natal, Tahun Baru, Hari Raya Idul Fitri dan lain sebagainya.
  • Harga tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Untuk itu konfirmasi dapat diberikan apabila telah terbangun komunikasi dan kata sepakat.

Kapal-Ferry Penyeberangan Parapat-Tomok Pulau-Samosir

Kapal-Ferry Penyeberangan Parapat-Tomok Pulau-Samosir Liburan di kota Parapat yang terletak di pinggir danau terindah di Indonesia yaitu Danau Toba dengan keajaiban alam dan legenda batu gantungnya, tidak akan lengkap jika anda tidak mengunjungi pulau Samosir. Sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba Sumatera Utara. Untuk mengunjungi pulau Samosir bisa melalui jalan darat atau menyeberang menggunakan kapal ferry.

Kapal-Ferry Penyeberangan Parapat-Tomok Pulau-Samosir

Pulau Samosir dengan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut dan menjadikan sebuah pulau yang menarik turis lokal maupun turis mancanegara. Di pulau Samosir terdapat juga dua buah danau kecil sebagai daerah wisata yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang yang mendapat julukan “Danau di atas Danau“.

Roda dua atau roda empat

Dan situs peninggalan sejarah, seperti makam Raja Sidabutar di desa Ambarita, rumah Adat Batak Toba dan Tari Tradisional Sigale -gale yang akan di tulis di artikel berbeda.

Untuk pengendara kendaraan roda dua atau roda empat menuju ke pulau Samosir pada umumnya menggunakan jasa kapal ferry penyeberangan dari pelabuhan Ajibata Parapat menuju ke Tomok Pulau Samosir, sambil menikmati pemandangan Danau.

Untuk pengguna kendaraan roda empat atau lebih, untuk memarkirkan kendaraan di dalam kapal ferry, mobil berjalan dalam posisi mundur hingga masuk ke dalam kapal dari depan penjualan tiket. Begitu juga sebaliknya masuk ke kapal ferry dari Tomok ke Parapat, kendaraan menghadap keluar.

30 menit Kapal-Ferry Penyeberangan Parapat-Tomok Pulau-Samosir

Perjalanan dari Ajibata ke Tomok sekitar 30 menit, dan agar anda tidak bosan pergi berjalan-jalan ke atas dek kapal sambil menikmati hembusan angin sejuk dan melihat Pulau Samosir dan Kota Parapat dari tengah Danau Toba atau menikmati makanan yang tersedia di kapal dan biasanya di hibur oleh pengamen cilik dengan lagu-lagu daerah.

Wisatawan

Biasanya wisatawan kalau hotelnya di kawasan parapat mereka pergi dan balik naik kapal ferry menuju ke tomok pulau Samosir yang berbeda, dari hotel pergi ke pelabuhan dan Driver atau pemandu akan memparkirkan kendaraan di sekitar pelabuhan Ajibata, tamu berjalan sedikit ke kapal ferry sebelumnya tamu membuat daftar nama sebelum ke kapal ferry setelah itu kapal ferry akan berangkat sesuai dengan jam yang sudah di jadwal kan.

Terima kasih telah membaca artikel di atas dan semoga kita di berikan kesehatan di mana saja pun kita berada.